Jatengtime.com-Jakarta-Sebuah rekaman video hoax menyesatkan dan provokatif berdurasi 13 menit 11 detik sengaja diviralkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab dengan maksut agar masyarakat tidak percaya pada vaksin Covid-19.
Video tersebut termasuk kategori Hoaks jenis Misleading Content (Konten menyesatkan) yang sengaja dibuat/ diedit dengan nuansa pelintiran untuk menjelekkan seseorang maupun kelompok dan diharapkan mampu menggiring opini publik/ masyarakat sesuai dengan kehendak pembuat video.
Video yang diunggah akun YouTube CATATAN HITAM pada pada 18 Januari 2021 berjudul “ BERITA TERBARU HARI INI, KORBAN BERGELIMPANGAN, RATUSAN WARGA TERKAPAR USAI DISUNTIK SINOVAC “
Akun facebook “ Mas Fatan “ juga turut mengunggah video tersebut, Selasa 19 Januari 2021 dengan kalimat provokatif :
“ Ratusan warga bergelimpangan menjadi korban usai disuntik vaksin. HATI-HATI !. Usahakan menghindari suntukan vaksin. Jika ada yang bertanya/menegor, tunjukan video ini sebagai bukti “.
Sebagai perbandingan tanggal dan sasaran vaksinasi, dengan video hoax menyesatkan dan provokatif adalah :
Diawali hari Rabu 13 Januari 2021 (pukul 10.00 WIB) Presiden Joko Widodo (Jokowi) beserta sejumlah penjabat, tokoh, artis, dan influencer secara resmi disuntik vaksin Covid-19 CoronaVac dari Sinovac Biotech Ltd bekerjasama Bio Farma di Istana Presiden, Jakarta.
Sedangkan Tahapan pelaksanaan vaksin Covid-19 dibagi beberapa tahap, yaitu :
Tahap 1, Januari-April 2021, sasaran vaksinasi Covid-19 :
– Tenaga kesehatan dan Asisten tenaga kesehatan.
– Tenaga penunjang kesehatan.
– Mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan profesi kedokteran yang bekerja pada fasilitas pelayanan kesehatan.
Tahap 2, Januari-April 2021, sasaran vaksinasi Covid-19 :
– Petugas pelayanan publik.
– Tentara Nasional Indonesia.
– Kepolisian Negara RI.
– Aparat penegak hukum.
– Petugas di Bandara/ Pelabuhan/ Stasiun/ Terminal, Perbankan, Perusahaan Listrik Negara (PLN), Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).
– Petugas lain yang terlibat langsung pelayanan kepada masyarakat.
– Kelompok usia lanjut di atas 60 tahun.
Tahap 3, April 2021-Maret 2022, sasaran vaksinasi Covid-19 :
– Masyarakat dari Aspek Geospasial Sosial Ekonomi.
Tahap 4, April 2021-Maret 2022, sasaran vaksinasi Covid-19 :
– Masyarakat dan pelaku perekonomian lainnya dengan pendekatan klaster sesuai dengan ketersediaan vaksin.
Adegan video hoax menyesatkan dan provokatif akun YouTube CATATAN HITAM pada pada 18 Januari 2021 dan Akun facebook “ Mas Fatan “ , Selasa 19 Januari 2021 tersebut menampilkan seseorang yang terlihat tidak sadarkan diri sedang digendong dari sebuah mobil niaga, berikutnya terlihat sejumlah orang sedang dalam perawatan dengan selang infus ditangannya.
Kemudian dilanjutkan wawancara dengan anggota DPR Netty Prasetiyani.
“ Dan uji klinis belum selesai, kok tiba-tiba pemerintah memutuskan membeli vaksin jadi, vaksin jadi sinovac yang menurut referensi efektivitasnya belum teruji, kan begitu.
Nah, kemudian menurut ITAGI tadi pak menteri sampaikan tadi akan diberikan prioritas kepada tenaga kesehatan frontliners bagaimana mungkin sebuah vaksin yang belum teruji efektivitasnya,efekesinya kebermanfaatannya diberikan kepada frontliners yang hari ini untuk mencetak satu tenaga kesehatan baik dokter maupun perawat butuh waktu butuh proses yang panjang”
Lantas muncul tayangan seorang terlihat tidak sadarkan diri,dikeluarkan dari ambulans. Kemudian dengan sengaja sistematis muncul cuplikan dua orang yang sedang diwawancara oleh pembawa acara sebuah stasiun televisi.
Fakta sebenarnya setelah ditelusuri Hoax Buster Medcom.id (Sebuah komunitas yang fokus dalam misi memberantas hoaks) dengan menggunakan aplikasi Google Search Rusia, Yandex (Pencarian dan layanan informasi, e-Commerce, navigasi, aplikasi mobile) pada tayangan video tersebut ditemukan fakta :
Ternyata video hoax YouTube CATATAN HITAM tersebut identik dengan video akun YouTube Alavoula Chanel yang dimuat, pada 11 Februari 2018 dengan menyebutkan sejumlah orang yang mendapat perawatan medis tersebut setelah divaksin difteri dengan disertai judul :
“ Waduh Usai Di Suntik Difteri…Puluhan santri dibawa kerumah sakit “
Tampak dalam video (yang sengaja dipakai sebagai bahan hoax menyesatkan) terlihat :
– Sebuah mobil ambulans bertuliskan “ Dinas Kesehatan Kabupaten Pamekasan “.
– Sebuah gedung bertuliskan “ Puskesmas Kadur “.
– Narasi video tersebut adalah : “ Warga Kecamatan Kadur, Kabupaten Pamekasan, dihebohkan dengan kejadian puluhan pelajar yang tiba-tiba pingsan usai imunisasi Difteri. Diduga, para pelajar pingsan akibat keracunan imunisasi Difteri “.
Video tersebut yang benar seperti yang dilansir Karimata FM memperlihatkan suasana di sekolah Al Falah, kawasan Kecamatan Kadur, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, hari Minggu 11 Februari 2018, sejumlah santri dan santriwati mendapatkan imunisasi suntik Difteri, namun diduga sejumlah santri dan santriwati tersebut mengalami keracunan.
Kepala Dinas Kesehatan Pamekasan saat itu, Ismail Bey, membantah jika sejumlah santri dan santriwati tersebut mengalami keracunan.
Ismail Bey menegaskan para santri dan santriwati mengalami efek samping usai divaksin atau lazim disebut Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (KIPI).
“ Memang sejatinya begitu. Ada efek setelah diberi suntikan Difteri. Jadi jelas bukan karena keracunan. Efek yang dialami seperti mual…” kata Ismail.
Tribunnews.com, Minggu 11 Februari 2018, melansir tidak hanya santri dan santriwati dari Al Falah saja yang mengalami KIPI usai divaksin. Tapi KIPI juga dialami siswa dari salah satu MTs di Desa Pancoran Barat, Kecamatan Kadur, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur.
“ Sekitar 90 siswi dan santriwati dari 3 sekolah di Kecamatan Kadur, Kabupaten Pamekasan, Minggu (11/2/2018) mengalami pusing dan sesak nafas setelah mendapatkan suntikan vaksin Difteri “.
Fakta penelusuran tampilan video wawancara anggota Komisi IX DPR-RI Netty Prasetiyani, dengan menggunakan aplikasi Google Image mengarah pada video akun YouTube detikTV yang diunggah pada, 4 Januari 2021 dengan judul :
“ KENAPA VAKSIN…? PKS MINTA MENTERI KESEHATAN MENJAWAB INI “
Kemudian sengaja dibuat klaim video hoax “ Korban bergelimpangan setelah disuntik vaksin Sinovac “.
Dalam unggahan video akun YouTube detikTV yang sebenarnya, Anggota Komisi IX DPR RI Netty Prasetiyani memberi tanggapan terkait “ Keamanan Vaksin Sinovac yang telah sampai di Indonesia sebanyak 1,2 juta dosis “.
“ Oleh karena itu saya secara pribadi meminta penjelasan dari pak menteri karena memang yang disebutkan dalam Perpres No. 90 Tahun 2020 kemudian juga diikuti juga dengan PMK No.28. Kemudian Kemenkes 98/60 itu semuanya menunjukan bahwa Kementerian Kesehatan dalam hal ini menteri Kesehatan adalah pihak yang menentukan pada saat memilih vaksin yang akan dibeli dikerjasamakan atau kemudian ditunjuk penunjukan langsung.
kalau kemudian tiba-tiba muncul sinovac dalam bentuk vaksin jadi, ini sebetulnya membuat kita bingung ya, boro-boro masyarkat anggota dpr ri juga bingung sebetulnya.
Kenapa karena rapat tanggal 31 Agustus menjelaskan strategi mendapatkan vaksin itu 2, satu mengembangkan vaksin merah putih yang kedua strategi diplomasi yang waktu itu disebutkanlah vaksin sinovac yang sedang dilakukan uji klinis tahap ketiga di Indonesia dan uji klinis itu belum selesai interimnya juga baru nanti awal 2021.
kok tiba-tiba pemerintah memutuskan membeli vaksin jadi, vaksin jadi sinovac yang menurut referensi efektivitasnya belum teruji, kan begitu.
Nah, kemudian menurut ITAGI tadi pak menteri sampaikan tadi akan diberikan prioritas kepada tenaga kesehatan frontliners.
Bagaimana mungkin sebuah vaksin yang belum teruji efektivitasnya,efekesinya kebermanfaatannya diberikan kepada frontliners yang hari ini untuk mencetak satu tenaga kesehatan baik dokter maupun perawat butuh waktu butuh proses yang panjang”.
Penelusuran dengan tangkapan layar pada cuplikan video yang menampilkan seorang yang dipanggil Nidom menyebut vaksin menunjukkan motif ADE (Antibody-dependent-enchancement) dengan menggunakan Yandex dan Google Image, tidak ada situs yang mengarah pada video tersebut.
Penelusuran menggunakan Google Search dengan kata kunci “ Nidom vaksin “ ternyata mengarah pada artikel yang dimuat situs kompas tv pada Rabu (21/10/2020) dengan judul :
“ Ilmuwan Bicara Vaksin Corona, Virus Bisa Lebih Ganas “ dengan kenyataan sebenarnya :
– Video dalam situs tersebut membahas tentang efek ADE (Antibody-dependent-enchancement) pada vaksin.
– video dalam situs tersebut tidak membahas 23 orang meninggal setelah divaksin corona.
– Narasi sebenarnya adalah :
“ Ketua Tim Riset Corona dan Formulasi Vaksin dari Profesor Nidom Foundation (PNF) Chairul Anwar Nidom mengatakan 50% kegagalan dan keberhasilan pada sebuah uji klinis vaksin bisa terjadi ketika tidak ada referensi.
Covid-19 menjadi salah satu virus yang baru dan tak ada referensi sebelumnya. Bahkan percobaan pembuatan vaksin untuk virus SARS yang sudah 12 tahun silam pun belum berhasil.
Saudara sepupunya Covid-19 ini yaitu SARS, belum berhasil dibuat vaksin. Padahal salah satu pembuat vaksin itu adalah salah satu produsen yang akan kita impor ini.
Pre-klinis vaksin Covid-19 yang disuntikkan kepada monyet tidak menunjukkan efek ADE (Antibody-dependent-enchancement) sebagaimana ketika vaksin virus SARS disuntikkan terhadap monyet.
Efek ADE, jelas Nidom, merupakan sebuah strategi dari virus untuk menghindari jebakan antibodi dari vaksin atau dari infeksi alam.
Padahal secara virologi, virus SARS dan Covid-19 memiliki kedekatan sekitar 80 persen.
Itu pada waktu dilakukan uji pre klinis pada monyet, terjadi kerusakan yang parah pada paru-parunya. Itu diduga SARS mempunyai motif ADE.
Bahayanya, apabila efek ADE terjadi kepada manusia, virus tersebut akan lebih ganas.
Virus itu akan lebih ganas, karena dia masuk di dalam makrovag, bukan di dalam saluran pernapasan. Jadi kalau dia berkelit bisa masuk ke makrovag, maka dia infeksinya akan lebih parah tidak seperti yang infeksi saluran pernapasan.
Infeksi saluran pernapasan bisa terlontar melalui droplet, namun jika melalui makrovag maka bisa merusak sistem imun seseorang.
Kementerian Kesehatan memastikan proses imunisasi Covid-19 untuk tahap pertama akan dilakukan pada akhir November 2020.