ANGGARAN AIBON TERNYATA GAK CUMA Rp 82 M, TAPI ICW TEMUKAN Rp 126 M

Jatengtime.com-Jakarata-Setelah Kejelian dan keberanian William Aditya Sarana Wakil Rakyat  muda dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI) anggota Wakil Rakyat Komisi A DPRD DKI Jakarta sukses membongkar rencana anggaran Siluman Lem Aibon senilai Rp8,28 miliar, pengadaan ballpoint atau pulpen yang mencapai Rp 124 miliar dan lain-lain dalam RAPBD ke publik melalui media sosial menuai banyak simpatik dan menjadi bola panas yang liar.

Aksi bongkar anggaran siluman DKI Jakarta yang dilakukan William juga sempat di tentang oleh sesama Wakil Rakyat, sesama anggota dewan, Inggard Joshua yang menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi A DPRD DKI Jakarta dari fraksi Gerindra dengan dalih harga diri, etika, tata krama dalam menyampaikan aspirasi, bahkan William diancam akan dilaporkan ke Dewan Kehormatan DPR justru membuat masalah pengajuan di KUA-PPAS untuk APBD DKI Jakarta tahun 2020 menarik untuk disisir banyak pihak.

Salah satu pihak yang tertarik menyisir anggaran Gubernur Anis Baswedan adalah Indonesia Corruption Watch (ICW) yang akirnya sukses menemukan draf anggaran lem Aica Aibon DKI di KUA-PPAS 2020 tidak hanya sebesar Rp 82 miliar seperti temuan William.

Namun ternyata draf anggaran yang didapat ICW dari berbagai sumber tertulis menyebutkan anggaran lem Aica Aibon sebesar Rp 126 miliar.

Peneliti ICW Almas Sjafrina di Kantor ICW, Kalibata, Jakarta Selatan, Senin (4/11/2019) menegaskan pihaknya telah menemukan angka anggaran lem Aibon lebih besar dari temuan William.

Untuk diketahui, lem Aica Aibon (seperti yang dikutip dari laman resminya Aica Kogyo Co., Ltd) berasal dari Jepang yang diproduksi pertama kali masuk Indonesia pada tahun 1974 di bawah PT Aica Indonesia milik keluarga Wanandi.

PT Aica Indonesia punya dua pabrik yakni di Juanda Bekasi, dan Kawasan Industri Indotaisei (Kota Bukit Indah, Kalihurip, Cikampek, Karawang).

Perusahaan ini ternyata merupakan perusahaan publik, artinya sahamnya bisa dibeli oleh investor ritel, di seluruh dunia. Sahamnya tercatat dengan kode 4206 di Bursa Efek Tokyo (Tokyo Stock Exchange) di sektor kimia.

Saham perusahaan, pada hari Jum’at (1/11/2019), diperdagangkan di level 3.460 yen per saham atau minus 0,14% dari perdagangan Kamis sebelumnya. Dengan harga saham tersebut, maka harga per saham sekitar Rp 45 juta (asumsi Rp 13.000/yen Jepang). Kapitalisasi pasar perusahaan mencapai 234,20 miliar yen atau sekitar Rp 3.042 triliun.

“ Lem Aibon tidak hanya Rp 82 miliar, itu hanya 1 item pengadaan. Tapi kami temukan ada Rp 126,225 miliar dalam 15 item pengadaan…” kata Almas.

Almas membeberkan, anggaran yang ditemukan pihaknya tersebut masuk dalam Biaya Operasional Pendidikan (BOP) sekolah di SMK Negeri Teknologi yang dianggarkan hingga senilai Rp 33 miliar.

Dalam data yang diterima, ICW juga berhasil menemukan anggaran pengadaan alat tulis ballpoin (pulpen) tidak hanya senilai Rp 123 miliar, namun anggaran fantastis pulpen itu tembus hingga mencapai Rp 678,87 miliar.

Tidak berhenti sampai di anggaran pulpen fantastis, ICW juga sukses menyisir komponen yang dianggapnya janggal lainya, yaitu satu pengadaan Balliner yang kemudian diketahui ternyata adalah merek sebuah polpen cair yang biasa digunakan untuk tanda tangan dan menulis di document.

“ Ada komponen balliner, ketika kami googling ternyata itu bolpoin, sebanyak 2.016 pengadaannya. Apakah ini masuk akal…” tandasnya.

ICW juga menemukan anggaran siluman lain yang tertulis seperti 211pengadaan Notebook, Laptop dengan jumlah 21.114 dengan total anggaran sebesar Rp 238,6 miliar serta anggaran F4 dan A3, kertas fotokopi senilai Rp 212,87 miliar.

“ Terakhir, kami menemukan anggaran F4 ada A3 kertas fotokopi total Rp 212,87 miliar. Apakah DKI memang membutuhkan kertas sebanyak itu…” pungkasnya.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.