Jatengtime.com-Jakarta-Virus Corona (Covid-19) sudah menjadi wabah di dunia (Pandemi Global) namun tidak langsung menyadarkan masyarakat akan bahayanya virus mematikan ini.
Masih banyak warga yang tidak mau (bahkan acuh), menghiraukan himbauan pemerintah untuk menjalankan beberapa aturan kesehatan dengan maksut untuk menekan jumlah/memutus penularan Covid-19.
Brigjen Pol Krishna Murti, Selasa (28/4/2020) melalui video yang diunggah di akun Instagram pribadinya, @krishnamurti mencoba menyadarkan masyarakat dengan menunjukkan penampakan lendir yang dihasilkan virus Corona ketika sudah bersarang di paru-paru manusia.
Dalam video yang berdurasi 1 menit, tampak tim medis tengah mengeluarkan lendir putih seperti jeli, berbusa, pekat dan menggumpal dari mulut seorang pria dengan beberapa helai tisu. Bahkan tim medis mencoba menarik lendir tersebut dari alat bantu mengeluarkan lendir yang berbentuk selang. pun tampak penuh dengan cairan menggumpal itu.
Brigjen Pol Krishna Murti juga menuliskan beberapa kalimat dengan maksut ingin menyadarkan semua masyarakat akan bahaya Virus Corona.
“ Saya ngeri dan mual saat nonton. Tapi saya perlu share video ini, biar ngeri dan mualnya nular.
Biar kalian semua tau kalau Covid itu nyata.
Lendir pada saluran nafas penderita Covid-19, Ini penyebab gangguan pertukaran O2 dgn CO2 terganggu di Alveolar paru-paru. #kmupdates”
Corona memproduksi lendir lendir putih seperti jeli, berbusa, pekat dan menggumpal yang menutup paru-paru manusia.
Rata-rata manusia bernapas (menghirup oksigen dan mengeluarkan karbondioksida) sekitar 17 ribu sampai 30 ribu kali per hari. Untuk bisa bernapas dengan baik, manusia perlu didukung dengan sistem pernapasan yang juga baik
Fakta terkait cairan/lendir yang kental putih seperti jeli, berbusa, pekat dan menggumpal di rongga Trakea (berbentuk tabung memanjang yang tersusun atas 20 tulang rawan berbentuk cincin memiliki diameter sekitar 20-25 mm dan panjang sekitar 10-16 cm, yang kuat,tapi fleksibel yang merupakan jalan masuk udara menuju paru-paru) dan rongga Bronkial paru-paru, adalah kerja dari virus Corona ketika sudah bersarang pada paru-paru manusia.
Seorang profesor kedokteran hukum di Tongji Medical College di Wuhan, Prof. Liu Liang, mengungkapkan beberapa temuan setelah melakukan operasi bedah terhadap jenazah pasien Covid-19.
Temuan yang diterbitkan dalam Journal of Forensic Medicine ini dengan judul “ Laporan Pengamatan Umum Anatomi Korban Meninggal karena Pneumoonia virus Corona, ada cairan kental abu-abu di paru-paru jasad, lendir putih berbusa di rongga trakea dan bronkial paru-paru “
Prof. Liu Liang telah memimpin operasi bedah terhadap sembilan (9) jenazah pasien dari 12 yang dioperasi ilmuwan China dan menghasilkan beberapa hipotesa yang dipakai beberapa ahli di berbagai negara untuk mengetahui virus Corona.
– Profesor Liu Liang menyatakan bahwa corona merupakan penyakit baru dan membutuhkan penanganan yang berbeda dari gagal nafas biasa.
– Profesor Liu Liang membedah dengan hati-hati (demi kepentingan medis) tubuh pasien corona yang baru meninggal dunia dan menemukan ada cairan kental abu-abu, putih berbusa di rongga trakea dan bronkial paru-paru jenazah.
– Cairan/lendir yang seperti jeli itu melekat kuat menghalangi alveoli, memblokir saluran udara, memblokir paru-paru interstitial, memblokir tabung bronkial, secara bertahap membiarkan paru-paru kehilangan fungsi ventilasi.
– Cairan kental ini membuat pasien dalam keadaan hipoksia, dan akhirnya mati karena gagal bernafas.
– Cairan kental ini merenggut nyawa pasien Corona dan membuat pasien menderita pada saat-saat terakhir kehidupan mereka.
– Pasien mengalami ketakutan ekstrim. Mereka berjuang seperti tenggelam di dalam sumur, sambil berteriak “ tolong “.
– Pasien dipenuhi dengan keputus-asaan dan rasa sakit.
– Pasien terengah-engah, bahkan jika pasien memakai masker oksigen dan ventilator, juga tidak bisa menghirup oksigen karena cairan kental tersebut menghalangi jalur oksigen. Jalannya tidak bisa dilewati. Sejumlah besar oksigen dihirup, tapi penyumbatannya tambah meningkat.
– Oksigen tidak dapat disalurkan ke dalam darah, dan akhirnya mereka tercekik oleh cairan kental tersebut.
– Penggunaan alat ventilator oksigen secara buta tidak hanya gagal untuk mencapai tujuan tetapi bahkan justru bisa menjadi kontra-produktif. Tekanan oksigen dari ventilator akan mendorong lendir lebih dalam ke ujung paru-paru, sehingga semakin memperparah keadaan hipoksia pasien.
– Cairan kental yang juga disebut dahak ini harus ditangani, dikeluarkan sebelum memberikan oksigen. Jika tidak, berapapun banyaknya oksigen disalurkan akan sia-sia.
– Perlu membuka saluran udara ini dengan menghilangkan dahak, menghilangkan kelembaban, membiarkan alveoli mengering, dan membiarkan bronkus halus lancar dan tidak terhalang, sehingga tidak diperlukan ventilator oksigen sama sekali.
– Untuk mencairkan Mucus/dahak dari paru-paru, pasien harus diberi minum obat mukolitik atau pencair dahak (seperti ambroxol, mucohexin, erdosteine atau n-acetyl cysteine). Bila tidak bisa minum, harus dialirkan lewat selang.
– Dahak kental yang memenuhi bronkus tidak akan bisa keluar, dengan bantuan obat pengencer dahak, maka dahak akan menjadi encer dan dapat dikeluarkan lewat batuk atau suction pump low pressure.
– Jika dahak tetap tidak bisa keluar, maka dilakukan Bronchoscopy (tindakan medis yang bertujuan untuk melakukan visualisasi trakea dan bronkus, melalui bronkoskop, yang berfungsi dalam prosedur diagnostik dan terapi penyakit paru).