ISRAEL KLAIM SINAR UV-LED BISA BUNUH VIRUS COVID-19, LIPI SUDAH KEMBANGKAN Si-SUSan

Jatengtime.com-Jakarta-Israel (Peneliti Universitas Tel Aviv) mengeklaim Virus Corona dapat menyatakan dapat dibunuh secara efisien, cepat, dan murah dengan menggunakan Dioda Pemancar Sinar Ultraviolet (UV-LED).

Israel yakin teknologi UV-LED akan segera tersedia untuk penggunaan pribadi dan komersial untuk memerangi pandemi Covid-19 di seluruh dunia.

Temuan hasil penelitian telah diterbitkan pada Journal of Photochemistry and Photobiology B: Biology merupakan hasil studi desinfeksi melalui radiasi UV-LED dengan panjang gelombang atau frekuensi yang berbeda pada virus dari keluarga virus corona.

Dilansir dari EurekAlert, para peneliti Israel menguji panjang gelombang optimal untuk membunuh virus corona HCoV-OC43 sebagai pengganti SARS-CoV-2.

Peneliti menyampaikan UV-LED adalah teknologi yang muncul dan sumber UV (I-radiasi) melalui beberapa mekanisme untuk inaktivasi patogen, mikroorganisme, termasuk virus.

Mekanisme inaktivasi UV tergantung pada panjang gelombang UV yang digunakan dan setidaknya untuk beberapa patogen, sumber UV dengan beberapa puncak emmisi, misalnya lampu preassure sedang ditemukan menghasilkan inaktivasi yang lebih efektif.

Hasilnya gelombang pencahayaan 285 nanometer (nm) lebih efektif dalam mendisinfeksi virus seperti pada gelombang 265 nm dengan hanya membutuhkan sekitar 0,5 menit untuk menghancurkan lebih dari 99,9 persen virus corona.

Hasil penelitian tersebut kemudian diklaim signifikan karena biaya bohlam LED 285 nm jauh lebih murah dan lebih mudah tersedia daripada bohlam LED 265 nm.

Science Daily melansir, Hadas Mamane selaku pimpinan penelitian menuturkan teknologi UV-LED tersebut akan tersedia untuk digunakan dalam waktu dekat untuk penggunaan pribadi dan komersial.

Industri dapat membuat penyesuaian dengan adanya temuan penelitian, misalnya membuat robot UV-LED, vakum hingga sistem pendingin udara (AC) menggunakan UV-LED untuk membunuh virus corona.

Namun Hadas mengingatkan UV-LED sangat berbahaya untuk mendisinfeksi permukaan di dalam rumah, sinar UV tidak boleh mangenai seseorang secara langsung.

Agar sepenuhnya efektif dan aman, sistem harus dirancang khusus agar seseorang tidak langsung terkena cahaya UV.

Para peneliti Israel berencana akan menguji sejumlah cara untuk membunuh bakteri dan virus pada permukaan, udara, dan air.

LIPI sudah mengembangkan SI-SUSan, Sterilisasi ruangan berbasis UV-C.

(https://www.instagram.com/p/CClcBOBp-1U/?utm_source=ig_web_copy_link)

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) ternyata sudah tengah mengembangkan alat pemindai Sterilisasi berbasis sinar UV-C yang dinamai SI-SUSan.

Peneliti bidang Teknologi Radio dan Optik di Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi LIPI, Yusuf Nur Wijayanto beberapa waktu lalu kepada wartawan menyatakan SI-SUSan diperuntukkan untuk kalangan menengah ke bawah, untuk kebutuhan rumah tangga, perkantoran, dan puskesmas.

Oleh karena itu SI-SUSan produk LIPI dijual relatif terjangkau, sekitar sepersepuluh dari harga pemindai UV-C yang ada di pasaran. Si-SUSan dapat dikendalikan dari aplikasi berbasis Android.

“ Kenapa kita mainnya di kelas menengah ke bawah…? ya kalau ada masyarakat yang membutuhkan, kita bantu kembangkan. Kalau robot sterilisasi itu kisaran harganya bisa 80 sampai 100 juta, kalau Si-SUSan kira-kira 10 sampai 15 juta…” kata Yusuf.

Si-SUSan memang berbeda dengan robot sterilisasi virus. Kalau Si-SUSan harus dipindahkan secara manual dari ruangan satu ke ruangan lain, sedang robot sterilisasi virus bisa bergerak dari ruangan ke ruangan lain serta memiliki automasi lebih baik. Sehingga, tak heran jika harganya lebih mahal.

Cara kerja Si-SUSan untuk melakukan sterilisasi adalah dengan melengkungkan struktur materi genetik virus, sehingga virus tidak bisa berkembang dan mati.

Diperkirakan virus atau bakteri yang ada di dalam ruangan bisa mati sekitar satu sampai dua menit tergantung jenis virus.

Untuk virus corona baru (SARS-CoV-2) belum ada data pasti berapa lama virus itu akan mati setelah disterilisasi, karena SARS-CoV-2 adalah jenis virus baru.

Si-SUSan berbahaya jika terkena langsung kulit dan mata.

Yusuf menyatakan walau ada keunggulan, namun Si-SUSan yang berbasis cahaya UV-C dengan panjang gelombang 254 nanometer tergolong berbahaya jika terpapar kulit dan mata secara langsung.

Oleh karena itu ketika pemakaian Si-SUSan, harus dipastikan dulu di dalam ruangan tidak ada orang sama sekali.

“ Diusahakan saat penyinaran itu dipastikan tidak ada orang di ruangan. Misalnya puskesmas atau klinik sebelum buka, disterilisasi dulu ruangannya. Berapa lama penyinarannya…? Paling di orde satu menit atau dua menit, mudah-mudahan sudah mati. Kalau corona ini (SARS-CoV-2) yang Covid datanya belum ada karena ini virus baru…” tegas Yusuf.

Setelah Si-SUSan selesai melakukan sterilisasi, ada efek pasca penyinaran seperti bau yang tidak sedap karena bercampur dengan reaksi udara yang ada di dalam ruangan.

“ Biasannya kita berikan warning atau peringatan ya…tunggulah satu menit atau dua menit untuk masuk ke ruangan setelah virusnya mati…” ungkapnya.

Si-SUSan tengah dikembangkan dikendalikan dengan menggunakan aplikasi khusus berbasis Android. Aplikasi ini memang sengaja dibuat karena ketika Si-SUSan melakukan sterilisasi ruangan tidak boleh terpapar langsung oleh manusia.

Dengan aplikasi Android, operator akan mengendalikan Si-SUSan di ruangan lain atau bahkan di balik tembok ruangan yang sedang disterilisasi.

“ Di aplikasi ini keunggulannya adalah kita bisa menentukan lama penyinaran tergantung virusnya. Misalkan, MERS dan SARS sudah kita tanamkan di databasenya, jadi MERS dan SARS sudah sekian menit, dia akan menghitung sendiri berdasarkan luas ruangannya berapa…? Luas ruangan 3×3 sama 10×10 pasti beda karena jaraknya juga berbeda kan, jadi butuh waktu paparannya juga…” imbuhnya.

Berapa unit Si-SUSan akan diproduksi, menurut Yusuf tergantung pada perusahaan yang membeli lisensi, sebab, LIPI hanya mengembangkan alat bukan untuk produk jual.

“ Jadi kita bukan kapasitasnya untuk membuat produk juga ya, kita hanya dalam pengembangan bahwa ini berfungsi dengan baik. Lalu nanti ada industri yang berminat, bisa dibeli lisensinya…” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.