Pembinaan atlit muda yang berkualitas, sungguh sangat di harapkan untuk menunjang kembalinya prestasi olah raga Indonesia yang terus merosot di kancah olahraga dunia.
Menanggapi hal tersebut, Wakil Bimbingan Prestasi Jawa Tengah Supriadi saat di temui di kantor KONI Jawa Tengah mengatakan, sistem pembinaan atlit muda di Indonesia dinilainya salah kaprah. Bagaimana tidak, bangsa ini memiliki banyak atlit yang potensial, hanya saja dalam melakukan pembinaan dinilainya setengah-setengah.
Dari awal pola pembinaan sudah dipaksakan. Buktinya, saat ini banyak atlit muda yang masih di bawah umur di sejumlah daerah di paksakan untuk mengikuti event nasional maupun internasional dengan pola pembinaan yang kurang pas. Akibatnya, setelah mereka beranjak dewasa kondisi fisiknya menurun lantaran sudah terkuras semua sebelum dia menginjak remaja, ujar Supriadi.
“ Kita lihat di PON XVIII Riau nanti, di sana akan banyak atlit di bawah umur, yang seharusnya masih butuh pembinaan tetapi sudah di ikutkan dalam even olah raga empat tahunan tersebut. Memang, saat ini dia banyak prestasi, tapi kita lihat nanti, kalau sudah menginjak dewasa, pasti fisiknya akan beda, dan akhirnya sudah tidak di gunakan lagi oleh daerahnya masing-masing sebagai atlit,” terang Supriadi.
Dikatakannya, dirinya merasa kasihan terhadap atlit muda kita yang masih di bawah umur sudah dipaksa untuk ber prestasi dans etelah menginjak dewasa akhirnya terbuang sia-sia. Buktinya, di Jawa Tengah sendiri, ada mantan atlit yang sekarang menginjak dewasa jualan es di pinggir jalan, apa gak kasihan mereka, dulu mereka di sanjung tetapi sekarang mereka sudah tidak di anggap, itulah akibat kurangnya pemerintah untuk membina aset para atlit muda yang sekarang ada,” sindir Supriadi.**