Produsen Tahu Tempe Jawa Tengah Mengadu Ke Disperindag

Pengrajin tempe dan tahu di Jawa Tengah (Jateng) meminta kepada pemerintah Provinsi Jateng untuk memberikan subsidi kedelai. Hal ini diungkapkan salah satu pengrajin tempe dan tahu Jateng Warsino saat diskusi dengan Dinas Perdagangan dan Perindustrian Jateng (Dinperindag), Kamis (26/07).

Menurut pengrajin yang berasal dari Kota Semarang tersebut mengatakan bahwa harga kedelai untuk saat ini dinilai memberatkan produsen, khususnya produsen tahu, tempe dan susu. Dari semula per kilogram kedelai dengan harga Rp 5.500,- pada bulan Mei 2012, kini harga kedelai mencapai kisaran Rp 8.000,- per kilogram.

“Saya meminta kepada pemerintah provinsi untuk bisa memberikan subsidi kedelai, sehingga tidak memberatkan produsen. Selain itu peran Bulog bukan hanya untuk beras saja, tetapi juga kedelai. Karena kedelai merupakan komoditas yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat.” paparnya.

Sementara itu, Kepala Dinperindag Jateng, Ikhwan Sudrajat mengatakan, pihaknya akan mengusulkan subsidi kedelai kepada pemerintah pusat dengan kisaran Rp 1.000,- sampai dengan Rp 1.500,- per kilogram.

“Kami menerima usulan dari para produsen tahu, tetapi untuk saat ini saya kira produksi tahu dan tempe di Jateng masih berjalan seperti biasanya. Tetapi kita berusaha agar harga tetap bisa menurun kembali.” paparnya kepada wartawan.

Seperti diketahui, pengrajin tempe, tahu, dan susu di Jateng mencapai 9.675 pengrajin, dengan total produksi per bulan mencapai 5.000 ton. Sedangkan data yang diperoleh dari Dinas Pertanian Jawa Tengah, panen kedelai di Jateng per Juni 2012 mencapai 77.710 ton dengan lahan seluas 93.614 hektare dari 8 Kabupaten produsen kedelai di Jateng.

“Berbagai upaya telah kami lakukan untuk terus meningkatkan produksi kedelai di Jateng, namun karena kondisi cuaca di Jateng yang tidak menentu dan kesulitan dalam merawatnya, memungkinkan petani untuk pindah bertanam ke komoditas yang lain, seperti jagung.” Kata Kepala Seksi Aneka Kacang-kacangan dan Ubi-ubian Dinas Pertanian Provinsi Jateng, Farid Mufti.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.