Jatengtime.com-Jakarta-Palang Merah Indonesia (PMI) bekerja sama dengan Eijkman Institute for Molecular Biology akan membuat obat antibodi bagi para pasien corona (Covid-19).
Eijkman Institute for Molecular Biology adalah lembaga penelitian biologi molekuler berstatus satuan kerja di bawah naungan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia beralamat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jl. Pangeran Diponegoro No.69, RW.5, Kenari, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat.
Obat antibodi tersebut dibentuk dari susunan dasar plasma darah (Convalescent) yang diambil dari spesimen penderita COVID-19 yang sudah dinyatakan sembuh.
Plasma darah (Convalescent) dari penderita COVID-19 yang sudah dinyatakan sembuh mengandung antibodi yang sangat baik untuk bisa menetralisir virus. Dengan cara ini harapkan pemerintah dapat menyiapkan obat-obatan untuk meningkatkan antibodi masyarakat, di luar vitamin bagi pasien covid-19 lain yang sedang dirawat.
Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Jusuf Kalla (JK), saat acara launching pusat informasi corona menyebut pihaknya tengah menyiapkan obat antibodi bagi para pasien corona bekerja sama dengan Eijkman Institute for Molecular Biology.
“ Salah satu pengobatan yang dianggap sangat manjur dan telah dicoba di beberapa negara, yaitu bagaimana mengelola plasma dari penderita virus (Corona) yang sudah sembuh. Setidaknya setelah 3 minggu dikelola jadi obat antibodi. Plasma darah itu ada antibodi dan itu dipakai pula untuk mengobati yang sakit. itu yang dilakukan Eijkman…” kata JK.
JK mengeklaim obat yang diproduksi PMI dan Eijkman Institute adalah obat untuk meningkatkan antibodi, dan akan siap dalam jangka waktu paling lambat dua bulan ke depan.
“ Ya mungkin satu dua bulan Eijkman sudah bisa produksi. Karena dia punya percobaan, dan kita lihat peralatan dan lainnya cukup lengkap…ujarnya.
JK menjelaskan, Indonesia bukan negara yang pertama menggunakan metode plasma darah, China dan Korea Selatan adalah negara yang telah terlebih dahulu memanfaatkan obat antibodi tersebut.
Sudah dicoba di China dan Korea dan sudah terbukti. Kalau untuk pengobatan iya…yang harus uji coba jangka panjang itu vaksinnya. Kalau ketemu hari ini atau tahun depan…butuh waktu. Gimana kita akan laksanakan vaksinasi untuk 3-4 miliar orang di dunia…? Itu hal yang enggak mudah…” ungkap JK. ”
Obat untuk meningkatkan antibodi itu, diklaim JK dapat diproduksi oleh Eijkman Institute dalam jangka waktu paling lambat dua bulan ke depan.
“Itu cepat. Ya mungkin satu dua bulan Eijkman sudah bisa produksi itu. Karena dia punya percobaan, dan kita lihat peralatan dan lainnya cukup lengkap itu,” ucap JK.
Dengan mempunyai 15 mesin pengolahan plasma darah untuk pembuatan obat antibodi yang dilakukan mandiri oleh PMI, menunjukkan kepada negara lain bahwa Indonesia masih sanggup menangani situasi pandemi ini termasuk menciptakan obat antibodi sendiri.
“ PMI adalah satu-satunya lembaga yang punya pengolahan plasma darah di 15 tempat di daerah. Kita kerja sama agar Indonesia punya sumbangan kepada internasional, pada dunia bahwa kita juga mampu punya pengobatan yang baik tidak selalu bergantung pada luar saja…” pungkasnya.