“Berkarir” Selama Ramadhan

Headline226 Dilihat

Membaca judul di atas, mungkin ada sebagian kita, yang mengerutkan kening, apa hubungannya antara karir dan Ramadhan ? Atau, ada juga yang sudah alergi dengan kata-kata karir, lalu memutuskan untuk tidak usah membaca saja. Atau, ada juga yang malah ingin tahu dan berusaha menyimak isi tulisan yang akan penulis paparkan berikut ini. Tentu saja, yang terakhir ini lah yang penulis harapkan….

Ramadhan, sabda rasulullah, adalah bulan yang paling mulia di sisi Allah. Oleh karena itu, detik-detik, menit-menit, jam-jam, dan hari-hari yang kita lewati selama Ramadhan adalah sangat berharga dan utama. Kebaikan yang hanya bernilai satu di saat-saat biasa,misalnya, menjadi berlipat-lipat.
Bahkan nafas orang-orang yang menjalankan shaum adalah tasbih buat Allah. Bayangkan…!

Kita selama masih hidup akan terus bernafas, dan selama Ramadhan ini, jika kita menjalankan shaum dengan ikhlas dan benar, maka nafas kita selama 30 hari ini, bernilai tasbih di hadapan Allah. Betapa Allah maha pemurah dan maha pengasih…. Belum lagi, jika kita menjalankan kebajikan-kebajikan lain.
Menyayangi dan menghormati orang tua, menyantuni fakir miskin, meringankan beban penderitaan orang-orang yang bekerja dengan kita, meninggalkan yang haram, memberi buka kepada orang yang shaum dan sebagainya, dan sebagainya….

Lalu apa hubungannya dengan berkarir? Kita kembali kepada pertanyaan di atas, yang mungkin mengendap di kepala pembaca. Baiklah, salah satu definisi “career”, kalau kita melihat kamus bahasa Inggris, adalah “progress through life, especially in a profession”.

Banyak dari kita mungkin yang akan bilang, “iya..tapi itu kan khusus untuk yang bekerja. Khusus buat orang-orang yang bekerja dan mempunyai karir..” Jika kita melihat definisi di atas, dan kita terjemahkan maknanya ke dalam bahasa Indonesia, maka berarti kemajuan atau peningkatan yang kita peroleh dalam hidup, walaupun dalam konteks kekinian selalu dihubungkan dengan profesi(baca: pekerjaan yang mendatangkan uang). Ya, peningkatan dalam hidup. Inilah yang ingin penulis tekankan tentang definisi “karir” dalam tulisan ini.

Setiap muslim dituntut untuk menjadi lebih baik dari hari ke hari. Rasulullah sendiri berpesan kepada kita, “Merugilah kalian, jika hari ininya tidak lebih baik dari kemarin. Merugilah kalian jika hari esoknya tidak lebih baik dari hari ini…”. Dan perintah Allah kepada orang-orang beriman untuk menjalankan ibadah shaum Ramadhan adalah supaya engkau bertaqwa(Al Baqarah 183). Ya, agar orang-orang beriman itu bertambah keimanannya dan ketaqwaannya.

Dengan kata lain, Allah menjadikan bulan mulia, bulan yang Dia berkahi ini, khusus, sebagai jangka waktu ujian untuk peningkatan kualiatas pribadi menuju ketaqwaan. Ini kesempatan emas bagi kita, yang mungkin lalai di hari-hari biasa. Yang mungkin tak merasa merugi ketika hari ini ternyata tak lebih baik dari kemarin.

Betapa pemurahnya Allah, betapa penyayangnya Allah, Dia beri kita suatu jangka waktu sebulan dalam setahun sebagai kesempatan emas. Allah tidak saja mengiming-imingi kita dengan pahala yang berlipat jika kita melakukan amal shalih di bulan Ramadhan, bahkan Allah memberi kemudahan pada kita untuk melakukan amal shalih dengan mengikat syaithan-syaitan pengganggu dan penggoda manusia selama Ramadhan (Hadits). Maka mengapa kita tidak memanfaatkan Ramadhan ini untuk “berkarir”..?

Pertama, berkarir dalam keimanan kita kepada Allah. Allah menjadikan awal bulan Ramadhan sebagai waktu yang penuh rahmat. Mari kita gapai rahmat ini, bahwa shaum kita adalah untuk Allah. Hanya Allah dan kita sendirilah yang mengetahui nilai shaum kita, apakah bernilai cum laude dan ihsan di hadapanNya. Sedangkan pertengahan bulan Ramadhan adalah waktu yang penuh dengan ampunan. Malaikat penjaga di kiri kanan kita paling mengetahui keburukan, dosa-dosa, dan kebaikan yang kita lakukan.

Namun demikian, segala keburukan dan dosa-dosa yang kita lakukan di masa lalu akan dihapus oleh malaikat atas perintah Allah, jika kita bershaum hanya mengharap keridhoan Allah semata. Dan akhir bulan Ramadhan adalah waktu yang di janjikan Allah sebagai pembebasan diri dari azab neraka, jika kita lulus dalam ujian satu bulan ini dan meningkatkan amal shalih kita. Ujian menahan diri dari rasa lapar dan dahaga, ujian menahan diri dari nafsu syahwat yang tercela, ujian kesabaran dengan menahan diri dari marah, serta perbuatan-perbuatan buruk lainnya. Bukan itu saja, kita juga dianjurkan untuk mendirikan malam-malam Ramadhan dengan mengingatNya lewat shalat tarawih, dan doa-doa meminta ampun kepadaNya.

Kedua, berkarir dalam pembinaan kepribadian kita sebagai muslim di hadapan Allah. Karir dalam keimanan tak akan dapat terjadi tanpa peningkatan kualitas kepribadian, begitu pula karir dalam peningkatan kualitas pribadi hanya akan terjadi karena peningkatan keimanan. Melaksanakan ibadah shaum pada dasarnya adalah latihan pengendalian diri.

Hanya orang-orang yang lulus dalam latihan yang berat inilah yang akan mendapat predikat “juara” dan kembali dalam keadan “fitri”, sehingga dapat menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Kita disuruh bersabar, walau rasa lapar dan dahaga menyerang ketika sedang beraktifitas keseharian, misalnya. Kita disuruh bersabar, ketika ada orang yang mencaci maki dan marah kepada kita.

Kita disuruh bersabar dari perbuatan bodoh dan jahil. Kita disuruh bersabar dari nafsu melihat pemandangan yang diharamkan Allah. Jika dulu kita kikir dan pelit untuk bersedekah, maka ketika perut kita melilit merasakan lapar, kita teringat bahwa banyak mereka yang mungkin terbiasa dengan keadaan perut kosong berhari-hari.

Jika dulu kita enteng saja berbohong, maka kita merasa malu untuk berbohong karena kita sedang berpuasa. Dan ketika ujian-ujian ini bisa kita jalani, dan terasa jejak-jejak Ramadhan dalam perasaan dan tingkah laku kita, kita mungkin akan bisa menjadi pribadi baru. Pribadi yang lebih sabar dari sebelumnya, baik sabar dalam menahan amarah, dalam kesusahan, dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah, maupun sabar dalam mempunyai kenikmatan. Juga mungkin dapat menjadi pribadi yang lebih jujur, lebih dapat dipercaya oleh orang lain, lebih peka terhadap penderitaan orang lain, lebih mudah bersedekah, lebih penyayang terhadap orang-orang lemah.

Ketiga, berkarir dalam peningkatan intelektualitas kita sebagai khalifah Allah di bumi. Selama Ramadhan Allah menjanjikan pahala yang berlipat untuk segala perbuatan baik. Untuk membaca Al Quran saja, nilai membaca satu ayat Al Quran sama dengan mengkhatamkannya. Membaca Al Quran adalah tidak hanya membacanya dengan tartil, tapi juga membaca hikmah-hikmah lain yang terkandung di dalam kalimat-kalimat Allah. Bagi kita, membaca Al Quran bukan hanya untuk mengingat Allah, tetapi juga mendapatkan ilmu lewat banyak sunnatullah yang diisyaratkan Allah didalamnya. Jika saja kita dapat mendapatkan ilmu lewat interaksi kita dengan Al Quran di bulan Ramadhan ini, niscahya, Allah akan memberi peningkatan ilmu kepada kita. Apalagi jika ditambah dengan membaca buku-buku yang mendorong kita untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah.

Keempat, berkarir dalam aktivitas kita sebagai muslim yang seharusnya memberi rahmat pada seluruh alam. Selama Ramadhan Rasulullah menganjurkan kita untuk rajin bersedekah, memberi buka kepada orang-orang yang bershaum walaupun dengan hanya sebutir kurma, memberi santunan kepada anak yatim dan para fakir miskin. Juga dianjurkan untuk menyambung silaturahmi yang terputus, dan berbuat baik kepada kedua orang tua. Jadi, Ramadhan bukanlah saat untuk istirahat dari kegiatan menegakkan kebenaran dan keadilan. Juga bukan saat untuk bersantai-santai atau beribadah yang menjauhi kita dari realitas dunia. Tapi ramadhan justru mendorong kita untuk berkumpul dengan sesama manusia lain, dalam ‘itikaf di masjid, tarawih, dalam buka bersama, dalam saling menasihati di majelis-majelis yang dirahmati Allah.

Ramadhan mendorong kita untuk bersikap ramah dan shabar bahkan terhadap orang-orang yang gemar mencaci maki. Ramadhan mendorong kita untuk ihsan dalam beraktivitas, baik sebagai ibu rumah tangga, mahasiswa, bapak yang harus memberi nafkah pada keluarganya, dan sebagainya, karena Allah memberi kan nilai pahala tambah pada bulan suci ini, bahkan pada aktivitas rutin jika kita niatkan sebagai ibadah kepadaNya.

Pembaca semua, demikianlah kesempatan karir yang bisa kita peroleh selama Ramadhan. Memang untuk berkarir tidaklah mudah. Apalagi jika karir itu adalah menyangkut aspek karir kita sebagai hamba Allah sekaligus khalifah Allah di muka bumi ini. Lulus dalam semua ujian yang diberikan Allah selama Ramadhan ini adalah berjuta kali lebih sulit daripada sekedar menulis mengingatkan diri sendiri di kolom opini ini. Akan tetapi, Sang Maha Penyayang telah memberikan kita kesempatan yang mungkin saja takkan menghampiri kita lagi di masa mendatang. Tidak mudah, tapi juga bukan tidak mungkin. Karena kita tahu, luasnya rahmat Allah pada hamba-hambanya yang ingin menjadi lebih baik, lebih berkualitas, lebih bertaqwa di hadapanNya. Selamat berkarir selama Ramadhan, semoga Allah membalas segala usaha dan amal kita, dan menjadikan kita pribadi yang lebih baik dari sebelumnya….

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.