Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X berharap pada para Narapidana Penghuni Lapas Narkoba Kelas II. A segera menyadari dan segera bisa meninggalkan Kesalahan, kekurangan yang telah dilakukan yaitu sebagai pengguna Narkoba dan untuk tidak mengulang penyesalan yang sudah terjadi itu. Karena apa , karena tidak ada seseorangpun pengguna narkoba itu berusia panjang.
Harapan Sultan tersebut disampaikan ketika membuka Lomba Lukis bagi Narapidana antar lapas korban Narkoba (Jum’at (22/06/2012) di Lapas Narkoba,Kelas II A Pakem,Kabupaten Sleman yang juga dihadiri para pejabat Forum Koordinasi SKPD Provinsi DIY, Wakil Bupati Sleman Hj. Yuni Satia Rahayu, S.S, M.Hum.
Kepala Kantor Wilayah Kum HAM Provinsi DIY Danan Purnomo,SH.M.Si dalam penjelasan laporannya mengatakan bahwa Lapas Narkotrika Kelas II A Yogyakarta yang menempati lahan seluas kurang lebih 3,6 hektar di atas tanah Sultan Ground dan mulai dioperasikan sejak tahun 2008, saat ini dihuni oleh 354 narapidana Narkotika dengan perincian 337 penghuni laki-laki dan 17 narapidana wanita.
Terkait dengan lomba lukis yang daiadakan di Lapas Narkoba Pakem ini menurut Kepala Kanwil Dep Kum HAM Provinsi DIY merupakan salah satu pembinaan untuk menyalurkan bakat para narapidana dengan maksud untuk menyalurkan bakat-bakat mereka dibidang seni lukis sehingga harapannya bisa memberikan nilai lebih bagi kehidupan para napi setelah lepas dikemudian hari.
Disamping itu menurut Danan Purnomo,SH.M.Si kehiadiran Sultan di tengah-tengah para Napi narkoba karena Sultan sebagai panutan dan pengayom warga masyarakat Yogyakarta termasuk di dalamnya para narapidana ini diharapkan bisa menggugah semangat baru para napi untuk segera memperbaiki diri agar mampu kembali ke tengah-tengah masyarakat dengan tidak melanggar hukum lagi dan dapat bermasyarakat secara wajar, aktif dan produktif.
Sehubungan dengan hal tersebut imbuh Kepala Kanwil Dep Kum HAM pembinaan kepada para narapidana Korban Narkotika selain pembinaan mental spiritual, medis juga pembinaan ketrampilan kemandirian, pembinaan kesadaran hukum dan HAM serta pembinaan penyaluran bakat.
Sementara itu salah satu narapidana korban narkotika Ano Sodian Gustom seorang mahasiswa yang tersandung Narkoba dan diganjar 5 tahun di lapas ini dalam kesan dan pesannya selama menjadi binaan Lapas narkoba Kelas II A Yogyakarta di Pakem berterima kasih kepada pemerintah yang penuh perhatian ,karena sebelum mendapatkan pembinaan di Lapas ini dia merasa tak berdaya, merasa sangat malu bukan saja malu pada teman-temannya , tetapi malu pada orangtua,malu pada adik-adiknya yang seharusnya menjadi panutan tetapi terseret ke kasus narkoba dan masuk di Lapas ini.
Selain itu juga dia merasa sangat kawatir tidak berguna ditengah-tengah masyarakat karena pandangan masyarakat yang masih keliru, sehingga setelah selepas dari lapas masyarakat tidak mau menerima. Namun setelah mendapatkan pembinaan di Lapas ini dia merasa mempunyai semangat hidup baru baru lagi dan dia berjanji setelah keluar nanti akan menjadi manusia yang lebih baik lagi meskipun dia tetap merasa sebagai mantan narapidana.
Dan diapun berharap kepada pemerintah khususnya pemerintah provinsi DIY dalam memberikan pembinaan mental maupun spiritual pada kasus korban narkotika dilapas ini untuk lebih ditingkatkan baik lagi agar sebagai mantan napi lebih siap lagi kembali ke masyarakat..
Dalam kesempatan itu juga Sultan mengingatkan pada para narapidana bahwa sebenarnya selama menjadi narapidana yang dialami ini, telah berpreoses sebagaimana sejarah seorang narapidana harus sadar.. Karena tidak akan menggunakan lagi obat-obat terlarang , Narkotika yang semuanya itu hanya akan menghancurkan masa depan diri sendiri.
Dikatakan Gubernur DIY bahwa setiap orang juga melakukan kesalahan , baik yang kecil maupun yang besar maupun yang fatal. Tapi Sultanpun yakin para narapidana yang ada di lapas ini sepenuhnya sadar dan mengerti mengapa berada di sini dan mengapa tinggal dipusat rehabilitasi narkoba ini. Untuk itu Sri Sultan berharap para narapidana tidak perlu malu. Karena merasa malu juga akan menghancurkan masa depan sendiri untuk bergaul dengan masyarakat untuk tumbuh dan maju.
Pasti sejarah kehidupan manusia akan terjadi, jangan menjadi beban di dalam kehidupan namun menjadi catatan untuk berproses dalam masa depan. Jangan sampai beban masa lalu menumbuhkan rasa percaya diri hilang, kehormatan diri hilang , sehingga mengasingkan diri dari pergaulan masyarakat itu tidak mungkin. Oleh karena itu nantinya selepas dari lapas ini tidak perlu menundukkan kepala, karena dengan menundukkan kepala sama artinya anda menghancurkan masa depan sendiri.
Hidup sebagai narapidana harus dinikmati dan menjadikan pengalaman yang sangat berharga untik tidak usah diulang, sebab sultan pun yakin mayoritas yang menjadi penghuni lapas ini mashasiswa dan para orang tua berharap untuk menjadi orang yang berpendidikan baik, bisa menatap masa depannnya. Yang penting saat ini menurut Gubernur DIY adalah para narapaidana meyakinkan keluarga, saudaranya bahwa sudah bertaubat untuk tidak mengulangi lagi dan berkeinginan mempunyai masa depan yang lebih baik.
Selain membuka lomba lukis dengan peserta para narapidana yang ditandai dengan menorehkan kuas diatas kanvas, Sultan juga meninjau hasil ketrampilan narapidana baik untuk laki-laki, wanita serta meninjau pavilion kegiatan ketrampilan para narapidana seperti pertukangan, pembuatan kerajinan dan batik.(Kar)