Jatengtime.com-Demak-Bupati Demak Eistianah saksikan, keluarga Kadilangu (Ahli Waris Sunan Kalijaga) yang diwakili Muhammad Cahyo Imam Santoso menerima minyak jamas dari Keraton Surakarta.
Penyerahan minyak jamas yang juga disebut ‘Tradisi Abon-abon’ dilaksanakan di Pendopo Notobratan kadilangu, Sabtu (15/16/24) disaksikan juga Wakil Bupati Ali Makhsun, Sekda Akhmad Sugiharto, ST,MT bersama istri, pejabat-pejabat pemkab, tamu undangan, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Pakoe Boewono XIII, Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Adipati Dipokusumo beserta abdi keraton dan pengiring dan keluarga besar ahli waris Sunan Kalijaga.
Tradisi abon abon merupakan acara serah terima minyak jamas untuk menjamasi (membersihkan) pusaka-pusaka peninggalan Sunan Kalijaga yaitu Kotang (Rompi) Ontokusumo dan Keris Kyai Carubuk menjelang dilaksanakannya grebeg besar Demak pada tanggal 10 Dzulhijah (tepat waktu Iedul Adha/Lebaran haji)
Minyak jamas dikemas dalam wadah khusus yang di taruh di atas nampan yang tertutup kain bludru merah di bawa abdi dalem keraton Surakarta dengan dikawal para punggowo keraton Surakarta.
KGPH Adipati Dipokusumo dalam sambutanya menyampaikan rasa terima kasih kepada Bupati Eistianah dan Pemkab Demak karena aktif dan peduli melestarikan tradisi dan budaya yang telah berlangsung ratusan tahun tersebut.
“ Tentunya kami semua sangat berterima kasih kepada ibu bupati dan pemkab Demak karena aktif dan peduli melestarikan tradisi dan budaya telah ini yang merupakan tata cara adat turun temurun dan telah berlangsung selama 500 tahun…” kata Dipo.
“ Tentunya tradisi dan budaya luhur ini bermanfaat untuk kemakmuran masyarakat Demak dan di era sekarang dapat meningkatkan potensi pariwisata di Kabupaten Demak…” ujarnya.
Sesepuh kadilangu Cahyo Imam Santoso dalam sambutan balasanya menuturkan Abon-abon adalah rangkaian acara menjelang penjamasan, ritual penyerahan minyak jamas beserta ubo rampe (perlengkapan pendukung) dari pihak Keraton Surakarta yang akan dipergunakan untuk menjamasi beberapa pusaka peninggalan Sunan Kalijaga.
Bupati Demak Eisti’anah pada sesi sambutanya mengucapkan terimakasih kepada seluruh keluarga Kasepuhan Sunan Kalijaga dan Keraton Surakarta yang telah berkenan mengajak Pemkab dalam acara ini.
“ Atas nama pemkab Demak, saya mengucapkan terimakasih kepada seluruh keluarga Kasepuhan Sunan Kalijaga dan Keraton Surakarta yang telah berkenan mengajak Pemkab dalam acara yang sangat baik ini…” kata Eistianah.
“ Ini merupakan kedua kalinya, saya atas nama pemkab Demak di libatkan dalam tradisi yang sangat baik ini. Semoga sinergi yang baik antara Pemkab Demak, Kasepuhan Sunan Kalijaga dan Keraton Surakarta dapat meningkatkan pariwisata di Demak…” ungkapnya.
Terpisah, Sekda Demak Akhmad Sugharto, ST.MT menuruturkan perihal prosesi tradisi Grebeg Besar hingga proses penjamasan pusaka peninggalan Sunan Kalijaga.
“ Prosesi Grebeg Besar Demak adalah rangkaan tadisi yang ditunggu-tunggu warga Kota Wali dan sekitarnya…” kata Sugiharto.
“ Ada pasar rakyat yang berada di lapangan Tembiring, ada prajurit patang puluhan atau rombongan prajurit berjumlah 40 orang yang mengawal prosesi mulai Abon-abon di Kadilangu, tumpeng songo di Masjid Agung Demak dan mengawal minyak jamas dari Pendapa Kabupaten menuju Dalem Kasepuhan Kadilangu…” ujarnya.
“ Penjamasan atau pencucian pusaka-pusaka Sunan Kalijaga ini sesuai pesan beliau ‘Nek aku wis seda (meninggal dunia), rawato agemanku. Agemanku itu adalah pusaka-pusaka beliau yang berupa keris Kyai Carubuk dan Kutang Ontokusumo…” ungkapnya.
Sugihari juga menjelaskan sebelum acara penjamasan diawali dengan tradisi selamatan berupa doa bersama dengan menyuguhkan Sego (nasi) ancakan di malam hari.
“ Unik dan khas Kadilangu lho…Sego ancakan adalah nasi diletakkan di atas lembaran daun pohon jati dan di bawahnya terdapat tatakan belahan bambu, didalamnya terdiri dari lauk pauk, seperti ikan asin, suwiran ayam, rempeyek, sayuran daun papaya dan lainnya. Dibagikan kepada warga yang hadir…” pungkasnya.