Panti asuhan kebanyakan berisi anak-anak dari bermacam-macam latar belakang, namun ada juga pantia asuhan yang mengkhususkan untuk anak-anak jalanan atau korban konflik. Untuk dua hal tersebut tentunya pengasuhan yang dilakukan membutuhkan tenaga ekstra.
Seperti yang dituturkan Rina Eklesia pendiri Yayasan Gita Eklesia yang memiliki Panti Asuhan Eklesia, di Jl. Kartini No 12 A RT 01 RW 06 Tambakboyo, Ambarawa, Kabupaten Semarang. Anak asuh di Panti Asuhan ini berasal dari anak-anak korban konflik, sehingga banyak cerita nanar di masa lalu anak-anak tersebut.
Namun hal itulah yang menumbuhkan semangat Rina Eklesia untuk memberikan cinta kasih sepenuhnya untuk anak asuhnya dengan harapan anak-anak itu tidak lagi memendam trauma berkepanjangan, minder bertemu orang lain atau terpuruk dan miskin prestasi.
Dengan kasih sayang dan kepercayaan yang ditanamkan Rina kepada anak asuhnya, anak-anak itu kini menjadi periang dan mudah bergaul dengan orang lain, mampu berusaha bersungguh-sungguh untuk menggapai prestasi dan mampu menularkan energi positif di setiap kegiatannya. Contoh paling nyata seperti yang dilakukan anak-anak Panti Asuhan Eklesia di kegiatan “Gerobak Belajar” yang berkeliling kampung di sekitar Ambarawa tiap seminggu 2 kali.
Tentu apa yang dilakukan Rina tidak dalam jangka waktu pendek, namun butuh jangka waktu tahunan untuk merubah itu semua. Butuh kegiatan-kegiatan positif seperti berkesenia seperti bermain musik, menyanyi dan menumbuhkan minat baca sehingga anak-anak itu mampu beridiri seperti saat ini.
Hal yang sama juga dirasakan Alexander J Suwardi yang memiliki Panti Asuhan Ketua Yayasan dan Pimpinan Panti Asuhan Griya Asih yang bertempat di Jl. Murdai 1 No. 1 RT. 08/ 013 Cempaka Putih, Jakarta. Griya Asih menampung anak-anak jalanan yang terbiasa dengan kehidupan yang keras.
Awal mulanya untuk mendisiplinkan anak-anak ini, Alex begitu sapaan akrab Alexander J Suwardi mengharuskan anak-anak itu kegiatan baris berbaris. Namun anak-anak itu tidak kunjung disiplin juga, bahkan lanjut Alex dirinya pernah diancam akan dibunuh oleh anak asuhnya sendiri.
Meski mengalami peristiwa yang tidak mengenakkan namun Alex tidak patah semangat, hingga akhirnya dia bertemu dengan Prof Sarlito W Sarwono yang juga salah satu pengurus di Rumah Piatu Muslimin. Sarlito meminta Alex untuk mengajak anak asuhnya berkunjung ke Rumah Piatu Muslim disini anak-anak dari Griya Asih diajari untuk bermain musik dan menyanyi. “Pulang dari kunjungan tersebut anak-anak memiliki banyak cerita dan makin periang,” ungkap Alex.
Melihat hal itu Alex pun akhirnya mengintensifkan kegiatan-kegiatan tersebut, “Sekarang anak-anak itu menjadi sangat santun dibandingkan sebelumnya dan mereka dapat dipercaya serta saling menjaga,” lanjutnya.
Prof Sarlito saat ditemui di Griya Eklesia mengungkapkan pihaknya dan beberapa panti asuhan lainnya di bulan Oktober nanti akan mengadakan pagelaran seni yang keseluruhan acara akan diisi anak-anak panti asuhan. Sebab menurutnya dengan kebersamaan anak-anak tersebut akan merubah perilaku mereka terhadap teman-temannya yang beda agama maupun suku bangsa, serta akan mengajarkan mereka untuk menghargai orang lain sejak kecil. “Selain itu dengan adanya pagelaran seni ini menunjukkan bahwa di Indonesia ada yang masih bersatu,” pungkasnya.
Editor : Wisanggeni