DEMAK – Pasar Bintoro nan megah yang posisinya berada di antara dua obyek wisata religi andalan Kota Wali, diharapkan mampu menopang sektor pariwisata. Karena itulah, beberapa kios di pasar yang berlokasi relatif dekat dengan Masjid Agung Demak (MAD) dan tidak pula terlalu jauh dari Makam Sunan Kalijaga di Kadilangu itu sengaja dijadikan showroom sekaligus sentra penjualan berbagai produk khas berkearifan lokal.
Kabag Humas Setda Rudi Santosa SH mengatakan, karena diproyeksikan menjadi jujugan mencari oleh-oleh bagi para wisatawan, pemkab memberikan fasilitasi kepada Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) dan TP PKK Kabupaten Demak untuk berperan serta memamerkan produk-produk unggulan khas Kota Wali. Pemkab pun menyediakan tempat pamer dan sentra oleh-oleh di lantai dasar Pasar Bintoro yang diperkirakan paling strategis.
Kios tersebut cukup mudah dijangkau oleh pengunjung. Maklum, lokasinya tak jauh dari parkiran dan berada di deretan paling depan. Kios untuk Dekranasda ada 2 unit, dan satu kios lagi dipercayakan kepada TP PKK Kabupaten Demak. “Dua kios yang dikelola Dekranasda posisinya bersebelahan. Satu kios untuk memamerkan dan menjual produk-produk makanan olahan. Sedangkan satunya lagi diperuntukan produk kerajinan non olahan, seperti kain bordir, batik, kerudung, handycraft, kaligrafi, T Shirt, sepatu, sandal dan lain sebagainya. Adapun TP PKK Kabupaten Demak memasarkan berbagai produk yang dihasilkan para kadernya,” kata Rudi.
Menurutnya, sejauh ini cukup banyak produk Demak yang telah memperoleh pangsa pasar di tingkat lokal maupun nasional. Di antaranya celana dalam produk Desa Cabean, sanggul buatan perajin Desa Geneng Mijen, batik tulis Karangmlati, bordir khas Desa Pasir Mijen, kerudung ‘made in’ Jungsemi, serta kain tenun buatan perajin Desa Tedunan Kecamatan Wedung. Selain kualitasnya yang dinilai mampu bersaing, harga produk itu juga cukup terjangkau.
“Banyak pula produk makanan olahan produksi warga Demak yang kini telah memiliki pangsa pasar tetap. Antara lain terasi buatan perajin Morodemak Kecamatan Bonang, ikan asap khas Wonosari, bandeng presto buatan perajin Sayung, kerupuk tayamum asli Ngaluran, telur asin dari Desa Kenduren Wedung dan Loireng Sayung, serta onde-onde asli Desa Pulosari Karangtengah,” ungkapnya.
Dengan memberi kesempatan kepada Dekranasda dan TP PKK kabupaten, lanjut Rudi, berarti pemkab turut membantu para pelaku UMKM dalam melakukan pemasaran. Langkah demikian sekaligus untuk menumbuhkan kreatifitas warga Demak, serta menggerakkan roda perekonomian yang diyakini akan memberikan dampak terhadap meningkatnya kesejahteraan masyarakat.
“Keberadaan Pasar Bintoro memang sangat strategis. Selain dapat menggerakkan geliat UMKM dan menopang kemajuan pariwisata, pasar dengan pedagang yang jumlahnya mencapai ribuan tentu juga berpotensi meringankan beban pemerintah dalam menekan angka kemiskinan. Pasalnya, aktifitas yang berlangsung di lingkungan pasar sepanjang hari terbukti mampu menyerap banyak tenaga kerja,” papar Rudi.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Demak Drs M Ridwan mengungkapkan, MAD dan Makam Sunan Kalijaga yang merupakan mahakarya wali sembilan itu setiap tahunnya dikunjungi jutaan wisatawan. Keberadaan MAD berikut dengan benda-benda bersejarah disekelilingnya, tradisi budaya, serta makam Sunan Kalijaga dan berbagai peninggalannya, tentu saja merupakan aset yang tak ternilai. Semua itu diyakini tetap akan menjadi daya tarik sampai kapanpun.
“Sebisa mungkin kita harus mampu memikat jutaan pengunjung agar sudi membelanjakan uangnya di Kota Wali. Salah satu caranya adalah dengan menyediakan oleh-oleh baik berupa barang maupun makanan yang harganya terjangkau namun berkualitas prima. Selebihnya juga perlu adanya lokasi belanja yang representatif. Saya memprediksi, Pasar Bintoro akan mampu menjawab tantangan itu asalkan pengelolaannya dilakukan secara profesional,” ungkap Ridwan.
Menurutnya, keberadaan MAD dan Makam Sunan Kalijaga berpotensi menarik minat kalangan investor untuk turut berperan dalam pengembangan pariwisata Demak. Apalagi, Kabupaten Demak kini memiliki pasar megah nan nyaman yang berlokasi tak jauh dari kedua obyek andalan itu. Adapun peluang investasi menyangkut sektor pariwisata cukup mungkin diwujudkan dalam berbagai bentuk usaha, misalnya saja bisnis perhotelan juga biro perjalanan wisata.
Sedangkan terkait soal pengelolaan, Masrukin, Kepala UPTD Pasar I menambahkan, untuk memberikan citra positif kepada para wisatawan maka pihaknya akan mencurahkan perhatian lebih terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kebersihan, keamanan dan kenyamanan. Menyangkut itu semua, tanggungjawab diserahkannya kepada enam orang petugas santib juga para tenaga kebersihan.
“Tenaga kebersihan selalu mobil. Kalau dulu sampah hanya dibersihkan pada jam-jam tertentu, kemudian petugas menyapu pasar cuma di pagi dan sore hari. Sekarang tidak lagi seperti itu. Tak perlu menunggu hingga menumpuk, pokoknya ada sampah ya langsung mereka pungut,” ujar Masrukin. *(Humas Demak-NDR)