Provinsi Jawa Tengah yang diapit Laut Jawa dan Samudra Hindia sangat kaya dengan beragam potensi hasil laut. Kondisi tersebut juga menginspirasi dan mendorong masyarakat di kawasan pesisir untuk menciptakan bermacam kuliner berbahan dasar ikan dan biota laut lain.
“Seperti ikan pihi bakar kecap manis dan ceriping goreng bumbu bawang ini sangat istimewa. Rasanya enak, lezat, dan tentunya kaya nutrisi,” kata Bondan Winarno saat pengambilan gambar program acara Seafood is Bain Food di RM Seafood Pak Sangklak, Semarang, Jumat (6/11).
Sembari menikmati beberapa menu olahan ikan yang tersaji, presenter yang populer dengan kalimat “Mak Nyus” itu, berbincang santai dengan Ketua Forum Peningkatan Konsumsi Ikan (Forikan) Jateng Hj Siti Atikoh Ganjar Pranowo dan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jateng, Lalu M Syahfriadi tentang beragam potensi hasil laut dan budidaya, serta tingkat konsumsi ikan masyarakat Jateng.
“Selain ikan tangkap yang beragam jenis, ikan budidaya di Jateng juga bermacam-macam. Meski harga ikan lebih murah dibanding daging, serta proses pengolahannya lebih mudah, tapi tingkat konsumsi masih rendah,” terang Bondan.
Dalam proses pengambilan gambar untuk salah satu acara reality bertema kuliner seafood yang disiarkan TVRI itu, Bondan menjelaskan hanya dari satu piring ceriping/ kerang dan seekor ikan pihi sudah mengandung banyak gizi yang bermanfaat untuk tubuh dan otak anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan.
Menanggapi rendahnya konsumsi ikan, Hj Siti Atikoh Ganjar Pranowo yang juga Ketua TP PKK Jateng mengatakan, berbagai upaya dilakukan untuk menyosialisasikan manfaat makan ikan dan mengajak masyarakat supaya membiasakan diri mengonsumsi ikan, minimal sehari sekali.
“Jika masyarakat, khususnya para ibu menyertakan konsumsi ikan dalam berbagai menu makanan keluarga sehari-hari, maka akan menumbuhkan kebiasaan menjaga pola makan sehat pada masa mendatang,” katanya.
Tingkat konsumsi ikan di Indonesia masih rendah, lanjutnya. Yakni hanya 30 gram per kapita per hari. Sedangkan tingkat konsumsi ikan di Jateng masuk kategori sangat rendah atau nomor dua terendah di Indonesia. Padahal potensi ikan sangat tinggi, baik ikan laut maupun tawar. Termasuk ikan uceng yang banyak dijumpai di sungai-sungai di daerah Banyumas.
“Apalagi di daerah Pantura Jateng. Ikan laut diolah menjadi ikan asap, pindang, dan lainnya. Memasak ikan segar atau olahan juga tidak sulit, cukup digoreng saja sudah oke,” ujarnya.
Rendahnya konsumsi ikan masyarakat Jateng, menurut Atikoh, salah satunya disebabkan masih banyak warga yang mempercayai mitos yang berkembang sejak zaman penjajahan. Yakni, perempuan hamil dan menyusui tidak boleh makan ikan karena bisa cacingan atau terserang penyakit lainnya.
“Padahal justru mengonsumsi ikan bagi ibu hamil dan menyusui bagus untuk kesehatan ibu, anak dan calon bayi,” imbuhnya.
Kepala Dinlutan Jateng Lalu M Syahfriadi menambahkan, potensi sumberdaya perikanan baik laut maupun air tawar di Jateng sangat melimpah. Bahkan potensi sektor perikanan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Antara lain pengolahan ikan layang, tongkol, dan embung menjadi ikan asap di wilayah Pantura Jateng.
“Tidak hanya daging ikan untuk dikonsumsi, limbah ikan atau biota laut seperti kulit kerang dapat dimanfaatkan menjadi aneka kerajinan yang bernilai ekonomi,” tuturnya.
(Humas jateng-jatengtime )