Dulu bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang santun dan bermoral, namun saat ini bangsa Indonesia menjadi bangsa yang kehilangan jati diri karena pengaruh globalisasi dan modernisasi. Walaupun demikian, hendaknya warga Indonesia tetap melestarikan kebudayaan ketimuran yang beretika sopan santun.
Begitulah ungkapan salah satu pejuang bangsa Indonesia di era orde lama, Sukarto. Mantan anggota DPRD Provinsi Jawa Tengah (Jateng) tahun 1999 ini mengatakan bahwa generasi muda saat ini justru cenderung mengandalkan emosinya daripada etika sopan santun.
“Saya prihatin dengan generasi anak muda jaman sekarang, terlalu mudah melakukan kegiatan atau tindakan yang menimbulkan pertengkaran, mudah berkelahi, bentrokan, dan mengadu domba,” paparnya kepada Jatengtime.com di Gedung Juang 45, Jalan Pemuda Nomor 163 Semarang, Selasa (14/08).
Kini mantan anggota DPRD Provinsi Jateng yang sekarang menjabat sebagai Sekretaris Umum Dewan Harian Daerah (DHD) Kejuangan 45 Provinsi Jateng sedang gencar melakukan sosialisasi maupun kegiatan-kegiatan menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia (RI) yang ke 67. Dengan membuat kader-kader komunikator perjuangan 45. Pesertanya para guru yang diajak untuk memberikan pembelajaran kepada siswanya terkait perjuangan para pahlawan pembela tanah air.
“Dulu bangsa Indonesia dijajah dengan fisiknya oleh bangsa Barat, namun sekarang bangsa Indonesia dijajah dengan moralnya. Dengan semboyan ‘Sekali Merdeka Tetap Merdeka’, anak muda sekarang bersemboyan, ‘Sekali Merdeka, Merdeka Sekali’. Ini bukti bahwa penerus bangsa hanya bertindak semaunya sendiri,” tambahnya.
Lanjut ia menjelaskan, DHD Kejuangan 45 sebagai organisasi kekuatan moral terus berusaha untuk membentuk dan membudayakan nilai-nilai perjuangan 45. Dengan harapan dapat menyampaikan kepada generasi muda untuk saling dapat menjaga keutuhan persatuan dan kesatuan RI.
“Jangan sampai negara kita jadi terkotak-kotak dan terpecah karena lupa dengan ideologi bangsa, yaitu Pancasila.” imbuhnya.**