Petani Kopi Arabica dari Kabupaten Bondowoso, Provinsi Jawa Timur,Hari ini Selasa (3/7/2012) mengunjungi Kabupaten Ngada dalam rangka melihat secara langsung system pengolahan Kopi Arabica Bajawa yang saat ini menjadi sangat populer baik di dalam negri maupun mancanegara karena cita rasanya yang begitu special.
Kopi Arabica Bajawa memang menjadi salah satu produk unggulan yang membanggakan Indonesia, serta Kabupaten Ngada secara khusus . “Dari pemberitaan di salah satu surat kabar nasional yang menulis beberapa kali tetang Kopi Arabika Bajawa, serta informasi melalui internet telah menjelaskan akan Cita rasa Kopi Arabika Bajawa. Atas dasar itulah, kami petani Kopi dari Kabupaten Bondowoso datang melakukan studi banding kesini”. Tegas Suryadi Pengurus Masyarakat perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) Kabupaten Bondowoso Kepada Jateng Time. Pada saat mengunjungi KSU Fa Massa dimana salah satu tempat Unit Usaha Pengolahan Kopi Arabica, Desa Beiwali, Kecamatan bajawa.
Suryadi menjelaskan bahwa di kabupaten Bondowoso, petani disana sudah menanam kopi Arabica sejak zaman Belanda.Tetapi Kopi Arabica Bondowoso tidak popular dibandingkan dengan kopi Arabica yang telah memiliki karakter dan cita rasa tersendiri dan mendapat tempat di pasar, baik domistik maupun mancanegara. Alasan inilah, maka kami datang ke Kabupaten Ngada, untuk belajar dari Ngada sehingga Kopi Arabica Bondowoso juga memiliki karakter cita rasa yang special sama halnya Kopi Arabika Bajawa. Sehingga dapat meningkatkan pendapatan Petani di Bondowoso.
Sementara itu, ketua bidang Budidaya dan Pengembangan KSU Fa Masa, Fransiskus Lewa kepada para Petani Bondowoso menjelaskan bahwa luas areal Kopi Arabica di desa Beiwali seluas 215 Ha, dengan keanggotaan sebanyak 117 KK. Cara tanam serta pemeliharaan yang masih menggunakan pola tradisional mendapatkan Hasil 500-600 kg/ Hektar. Dan target pada tahun 2012 kopi yang dihasilkan sebanyak 40 ribu Ton, dan berdasarkan data pengolahan kopi glondongan yang dihimpun sejak 4 juni 2012 telah mencapai 17.163,5 Ton.
Ia menambahkan bahwa system bahwa system pengolahan Kopi ada beberapa tahap antara lain,tahap I,pengolahan basah yang kemudian difermentasi selama 24 – 36 jam. Selanjutnya lalu masuk ke tahapan penjemuran. Pada penjemuran tahap pertama, ketebalannya 5 Cm dan pembalikan dilakukan setiap 1 Jam sekali selama 4 hari.
Pada penjemuran tahap II, ketebalannya 7 ½ cm dihari ke enam sampai hari kesembilan, dan Penjemuran pada hari ke sepuluh ,ketebalannya 10 cm sampai menjadi normal dengan kadar air 12 persen. Untuk menentukan kadar air menggunakan Cacotester. Setelah mencapai 12 persen,kopi itu digudangkan untuk selanjutnya diproses menjadi kopi bubuk,kemudian baru dikirim ke PT Indocom di Sidiarjo dalam bentuk Kopi Ose.
Sementara itu,anggota DPRD Ngada, bernadinus Dhey Ngebu saat mendampingi Petani Bondowoso menjelaskan bahwa pemerintah Kabupaten Ngada telah memberikan perhatian bagi petani Kopi di Ngada. Petani Kopi Ngada diberdayakan dengan berbagai pelatihan. Selain itu setiap tahun, Pemerintah kabupaten juga mengalokasikan dana untuk pengembangan pengolahan Kopi. Untuk 2012, Pemerintah mengalokasikan dana senilai kurang lebih Rp.1,2 Miliar bagi 14 Unit Pengolahan Hasil (UPH) yang menyebar di bebrapa kecamatan di Kabupaten Ngada.
Walaupun demikian,petani Kopi Arabica Bajawa jangan pernah merasa sudah berhasil,tetapi perlu membenah diri baik secara kelembagaan maupun skill petani.”Kunjungan Petani Bondowoso ini harus menjadi motivasi bagi petani dan Pemerintah Kabupaten Ngada untuk terus membenah diri,dan memperbaiki hal-hal yang belum sempurna,”ujar Berny.**