H. MUNTOHAR ( GERINDRA DEMAK ) SEPAKAT KRITIKAN ABDUL WACHID ( DPR-RI ) TERKAIT JEMBATAN WONOKERTO

Jatengtime.com-Demak-H. Muntohar.SH anggota DPRD Kabupaten Demak dari Fraksi Gerindra, sepakat dengan Abdul Wachid, anggota DPR-RI dari Fraksi Gerindra yang mengkritik kemacetan parah jalur vital Demak-Semarang akibat lamanya proses pembangunan jembatan Wonokerto.

Politikus Gerindra asli Jepara yang mengampu Dapil II ( Demak, Kudus dan Jepara ) sebelumnya menyatakan kemacetan berkilometer dan sudah terjadi berbulan-bulan, imbasnya ratusan miliar hangus sia-sia.

Biang kerok kemacetan jalur Pantura yang super padat tiap hari adalah pembangunan jembatan Wonokerto Demak yang dimulai sejak 20 juli 2022 lalu yang diperkirakan memakan waktu delapan bulan hingga baru akan selesai pada Maret 2023 mendatang.

Pak Wachid, sebutan sehari-hari Abdul Wachid ternyata adalah salah satu korban kemacetan parah karena sering harus melewati jalur tersebut menyebut, kemacetan bisa berjam-jam.

Kemacetan parah akibat lamanya pengerjaaan jembatan ini menurutnya berdampak serius terhadap perekonomian warga Pantura dan kalau dihitung, kerugian yang ditanggung masyarakat pengguna jalan mencapai ratusan miliar rupiah.

Muntohar kepada jatengtime.com melalui sambungan telepon, Senin (24/10/2022) menegaskan sikap kritik pak Wachid sebagai wakil rakyat dari fraksi Gerindra berdasarkan fakta dilapangan sangat beralasan.

Muntohar yang juga dikenal sebagai pemilik hiburan pasar rakyat “ Diana Ria ” bahkan menambahkan efek yang ditimbulkan dari proses pengerjaan jembatan Wonokerto tidak hanya soal kemacetan dan kerugian akibat dampak yang ditimbulkan seperti penggunaan BBM, waktu yang terbuang atau keterlambatan pengiriman beberapa komoditi yang langsung dirasakan masyarakat di jalur Pantura Demak-Semarang.

“ Tentunya saya yang juga wakil rakyat dari fraksi Gerindra sepakat dengan kritikan dari senior kami bapak Abdul Wachid yang mengkritisi dampak pembangunan jembatan Wonokerto yang terkesan lambat dan lama adalah kritikan yang bersifat membangun…” kata Muntohar mengawali tanggapanya.

“ Jika pak Wachid mungkin hanya merasakan dan melihat dampak kemacetan dari jalur Pantura dengan begitu banyak kerugian yang ditanggung masyarakat, maka saya tambahi, kerugian yang diakibatkan dari efek kemacetan juga terjadi di seluruh jalur alternatif yang meliputi jalur atau insfratruktur jalan diwilayah kecamatan Wonosalam, Karangtengah, Guntur, Karangawen hingga Mranggen…” lanjut Muntohar.

Muntohar merincikan jalur insfrastruktur yang rusak cukup parah akibat digunakan sebagai jalur alternatif menghindari kemacetan proyek jembatan Wonokerto Demak mayoritas adalah jalan kabupaten dan jalan desa yang tentunya tidak akan mampu menahan beban tonase yang besar.

“ Sepintas memang jalur alternatif disarankan hanya diperuntukan untuk kendaraan atau mobil kecil. Namun faktanya yang melewati jalur-jalur alternatif justru banyak digunakan oleh kendaraan besar bertonase besar. Tidak hanya bus-bus AKAP ( Antar Kota Antar Propinsi ) truk tronton bahkan truk trailer banyak yang masuk dan melewati jalur alternatif tersebut yang semuanya adalah jalan kabupaten dan jalan desa, tentunya tidak akan mampu menahan beban tonase yang besar…” jelasnya.

Kerusakan parah jalur alternatif mulai beton pecah, terlihat besi rangka beton hingga jembatan berlobang.

“ Akibatnya banyak ditemukan jalan insfrastruktur rusak mulai jalan beton yang pecah, besi rangka beton yang terlihat mecuat keatas yang membahayakan pengguna jalan hingga kemarin jembatan Guntur ambrol berlobang…” ungkapnya.

Dari banyaknya kerusakan jalan tersebut menurut Muntohar nantinya juga berpengaruh dengan menyedot anggaran pemeliharaan yang mungkin diambil baik dari ABPD Kabupaten Demak maupu APBD Propinsi yang nilainya tidak sedikit.

“ Tentunya setelah proyek jembatan Wonokerto selesai, akan banyak dibutuhkan untuk memperbaiki jalan dan jembatan yang rusak, baik dari APBD Kabupaten Demak hingga APBD Propinsi. Atau yang lebih dikawatirkan kebutuhan perbaikan jalan harus segera dilakukan sebelum pembangunan jembatan Wonokerto selesai. Semua jadi repot, kasihan rekan dari dinas yang membidangi masalah jalan dan jembatan….” jelasnya.

“ Intinya kami dari Gerindra hanya mampu memberikan kritik dan saran agar masalah ini segera dapat teratasi tanpa menyalahkan satu dengan yang lain. Teknis dan ilmu pembangunan insfratruktur memang kami mengaku masih kurang, namun demikian akan lebih baik kalau kritikan dari pak Wachid segera ditindak lanjuti. Apalagi di era informasi digital ini, unek-unek masyarakat lewat medsos sangat tajam dalam mengkritik pemerintah. Imbasnya akan melebar kemana-mana seperti bola liar yang tidak terkendali…” pungkasnya.