RONDO BOLONG YANG HARGANYA TEMBUS RATUSAN JUTA, DARI KATA RON PODHO BOLONG

Jatengtime.com-Jakarta-Kembali dunia tanaman hias menciptakan fenomena diluar kewajaran terkait sebuah tanaman dengan harga fantastis.

Setelah era Adenium, Philodendron, Anthurium berangsur pudar atau sepi pembeli, kini bertepatan dengan masa pandemi korona muncul tanaman hias dengan nama unik Rondo ( Janda ) Bolong.

Harga sebatang rondo bolong terbilang fantastis, jika daunya varigata bisa mencapai Rp150 juta atau sehelai daunnya bisa dibanderol Rp 15 juta. Jika daunya biasa bisa tembus Rp 35.000.

Rondo bolong ternyata tidak hanya ada saat pandemi ini, namun ternyata sudah ada sejak lama di Indonesia.

Pro-kontra nama Rondo Bolong sempat terjadi dikarenakan ada sebagian orang menilai nama tersebut kurang berestetika dan terkesan seksis karena identik dengan wanita.

Terlepas dari pro kontra penamaan Rondo Bolong dan siapa yang pertama kali menamainya, peneliti LIPI Yuzammi, Senin (10/5/2020) kepada wartawan menjelaskan bahwa tanaman ini sebenarnya merupakan tanaman dari suku Araceae (Talas-talasan).

Randa bolong yang berasal dari Amerika Tropis termasuk dalam marga Monstera spesies Monstera Adansonii.

“ Marga Monstera ini memiliki sekitar 38 spesies, yang salah satunya adalah Monstera adansonii atau yang kita kenal di Indonesia dengan nama dagang janda bolong…” kata Yuzammi.

Menurut peneliti yang sudah bertahun-tahun menekuni tanaman ini, dari berbagai sumber yang diterimanya nama rondo bolong berasal dari bahasa Jawa.

Karakteristik atau bentuk daun Monstera adansonii yang memang bolong bolong (berlobang) membuat masyarakat menyebutnya dengan istilah Jawa Ron Podo Bolong yang berarti daun yang pada bolong.

Kemudian entah siapa yang mengawali, kalimat Ron Podo Bolong diucapkan secara singkat maka terdengar ron podo bolong dan kemudian disingkat lagi menjadi rondo bolong.

Akirnya dikarenakan kultur budaya dan stereotip di Indonesia yang terdiri dari berbagai suku membuat nama rondo bolong menjadi nama dagang yang populer dan mengakibatkan tanaman ini menjadi terkenal dan laris penjualanya.

“ Dalam kultur masyarakat kita, (ma’af) kata janda identik dengan tidak perawan lagi, dengan kata lain (kasarnya) disebut bolong. Nah…dengan bentuk daun yang bolong-bolong tersebut, maka seakan-akan identik dengan kondisi seorang janda, maka nama tersebut menjadi langsung populer dan ngetrend di pasar tanaman hias. Sebetulnya saya agak risih dengan sebutan nama ini, tapi ya bagaimana lagi, sudah jadi trademark di Indonesia…” ungkapnya.