Jakarta– Denjaka (Detasemen Jala Mangkara) adalah Detasemen Khusus unit terbatas Korps Marinir Angkatan Laut Indonesia yang di bangun kusus untuk menangani masalah Negara dengan keadaan kusus dan sangat berbahaya serta sudah terbiasa dilibatkan menjadi Pasukan kusus pengawal Presiden.
Denjaka di sebut-sebut akan di turunkan sebagai pasukan terdepan dalam rangka misi rahasia pembebasan WNI tahanan Abu Sayyaf di Philipina.
Denjaka dipilih untuk misi mematikan dan berbahaya dengan berbagai pertimbangan karena kelebihan pasukan yang di kenal dengan unit kecil yang menguasai pertempuran di segalamedan seperti, pertempuran Darat, Udara dan Air (dipermukanan bahkan dalam air)
Informasi yang berhasil sumber yang minta di rahasiakan identitasnya, Jum’at (29/04/2016) menyatakan “Kalau Negara memanggil Denjaka adalah sangat tepat, karena Denjaka memang sejak awal di bangun untuk mengatasi tugas Negara yang sangat berbahaya dan terkesan imposible, dan hanya Denjaka yang mampu melaksanakanya…”
Untuk menciptakan pasukan siluman ini di pilih dari prajurit Marinir yang sudah menguasai 3 matra tempur dan juga mempunyai IQ diatas rata-rata.
Denjaka adalah gabungan dari KOPASKA (Komando Pasukan Katak) dan TAIFIB (Batalyon Intai Amfibi) berdasarkan instruksi Panglima TNI kepada Komandan Korps Marinir No Isn.01/P/IV/1984 tanggal 13 November 1984yang anggotanya dididik 6 bulan di Bumi Marinir Cilandak dan harus lulus pendidikan Penanggulangan Teror Aspek Laut, Darat dan Udara dan keberadaanya sangat dirahasiakan.
Pendidikan sangat berat harus dilalui untuk bisa masuk menjadi Denjaka. Seleksi awal biasanya hanya diikuti tak lebih dari 100 prajurit dari Taifib dan Kopaska dan hanya 50 an yang lulus seleksi awal. 50 an calon mesin perang kusus ini selanjutnya akan dilatih super keras di Situbondo. Dalam seleksi ini, tidak semua yang mengikuti pendidikan lolos, beberapa di antara mereka terpaksa dikembalikan ke kesatuannya karena tidak mampu mengikuti pendidikan.
Selama menjalani penidikan khas Denjaka, calon prajurit siluman ini harus menyelesaikan materi terori dalam kelas 20 persen, selebihnya melakukan ujian hidup dilapangan yang keras dan liar seperti hutan, laut, bahkan udara.
Mereka harus mempunyai kemampuan bertahan hidup terbaik di darat, laut, dan udara. Mereka juga dituntut mampu melaksanakan tugas rahasia secara sempurna, mampu menyusup cepat, terjun payung, bergerak lincah di laut dengan daya tahan fisik yang tinggi.
Denjaka juga harus mampu hidup dengan kondisi tangan dan kaki diikat dan dibuang ke laut ganas itu. Mereka harus mampu bertahan sekaligus menyelamatkan diri dengan berenang dan menyelam sampai kedaratan.
Tak cukup hanya di buang di laut yang berombak ganas, Denjaka juga dituntut bertahan hidup perorangan di dalam hutan hanya bermodalkan garam. Di tengah hutan, mereka harus bertahan hanya dengan makan dari apa saja yang di dapatkan di dalam hutan selama berhari-hari.
Begitu kerasnya pendidikan untuk bisa masuk ke Denjaka, hingga tak jarang ada yang mengundurkan diri sejak awal latihan.
Tidaklah heran kalau di awal pendidikan itu, ada yang mengundurkan diri. Dan dari latihan sangat keras kas Denjaka akan diakiri dengan pelantikan yang terkenal dengan sebutan pembaretan. Hanya tinggal puluhan prajurit yang lolos seleksi dan mereka harus jalan kaki siang malam Banyuwangi-Surabaya. Mereka dilepas dari Banyuwangi dan diperintahkan kumpul di Surabaya dalam keadaan tanpa bekal dan hanya jalan kaki dalam waktu yang telah ditentukan. (jt-jakarta)