RAJA ROKOK KRETEK KODOK NGUNTAL ULO NITISEMITO YANG TERLUPAKAN

Banyak yang mengaitkan kota Kudus sebagai kota kretek, pusat perusahaan rokok raksasa seperti Djarum, Nojorono/ Clas Mild dan beberapa merk rokok kretek maupun sigaret lainnya. Namun tak banyak yang tahu dahulu kudus mempunyai raja rokok kretek yang pernah mengalami masa kejayaan di jamanya. Beliau adalah Nitisemito.
Terlahir dari Haji Soelaiman seorang kepala desa di Desa Janggalan, Kudus dan Markanah. Mereka memberinya nama Rusdi kemudian Rusdi mengganti namanya sendiri di usia tujuh belas tahun menjadi Nitisemito. Sempat merantau ke Malang dan bekerja sebagai buruh jahit, menjadi pengusaha pakaian jadi, lalu bangkru tmembuat Nitisemito muda tak patah semangat. Kemudian merintis usaha pembuatan minyak kelapa saat kembali ke kampungnya di Janggalan Kudus,dan bangkrut lagi. Semua usahanya selalu mengalami kegagalan hingga akhirnya anak kepala desa Janggalan memutuskan menjadi kusir dokar dan berjualan tembakau.
Menjadi kusir Dokar dan bakul tembakau mempertemukan Nitisemito dengan Nasilah yang kemudian di nikahi Nitisemito. Tidak ada yang menyangka dari tangan Nasilah rokok keretek mulai di gemari. Nasilah adalah penemu rokok kretek. Campuran irisan tembakau dan cengkeh yang dibungkus dalam klobot ( kulit jagung yang sudah dikeringkan ) dan diikat dengan tali yang dibuat oleh Nasilah disukai oleh banyak pelanggan di warungnya. Inilah saatnya kebiasaan menginang yang meninggalkan bercak merah seperti darah mulai tergeser oleh kepulan asap yang dikeluarkan oleh rokok kretek buatan Nasilah.
Awalnya Nitisemito memberi nama rokok buatan istrinya Kodok Nguntal Ulo. Dirasa tidak membawa hoki dan jadi bahan tertawaan banyak orang, akhirnya nama diganti menjadi Tjap Bulatan Tiga. Logo bulatan tiga yang kelak menjadi hiasan di atas istana kembar yang dibangunnya. Berkat intuisi bisnis Nitisemito yang kuat, bisnisnya berkembang dengan pesat menjadi sebuah kerajaan rokok di Kudus pada jamanya..
Beroperasi sepuluh tahun dan meresmikan merek rokok kreteknya dengan nama Tjap Bal Tiga H.M. Nitisemito, pada tahun 1914 Nitisemito dan Nasilah mendirikan pabrik seluas 6 hektar di Desa Jati yang mampu menampung 15.000 buruh rokok serta mampu memproduksi 10 juta batang rokok tiap harinya. Ribuan buruh ditampung dengan maksud agar mereka tidak lagi bekerja di bawah orang-orang Belanda. Notosemito dikenal anti belanda bahkan sebagai ungkapan anti Belanda, Notosemito mengekspresikan kebencianya dengan membuat lantai istananya dengan susunan uang logam VOC.
Jaman keemasan Raja rokok kretek Notosemito sampai perlu menyewa pesawat Fokker untuk mengiklankan produk rokoknya, juga memberikan souvenir mahal kepada pembeli rokok berupa sepeda, piring porselen. kemuadian Notosemito mulai menularkan pada menantunya HM Karmain namun kemudian mengalami masa surut tahun 1938. Masuknya tentara Jepang dan Perang Dunia II semakin memperburuk ekonomi perusahaan hingga pabrik Bal Tiga dinyatakan pailit pada tahun 1953. Sumber lain yang mengatakan jatuhnya usaha Raja Kretek Nitisemito akibat persaingan tidak sehat antar pengusaha rokok di Kudus saat itu.
Tuduhan penggelapan pajak yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda hingga meninggalnya M. Karmain yang menyisakan konflik internal keluarga tentang siapa pengganti Nitisemito, pewaris kerajaan rokok kretek Bal Tiga. Kerajaan kecil yang dibangun Nitisemito berakhir seiring dengan gelar Raja Kretek yang perlahan hilang ditelan oleh waktu.
Peninggalan Nitisemito yang masih terlihat hingga sekarang hanya berupa istana kembar yang terletak di Jalan Sunan Kudus. Dua buah rumah tersebut pernah ditinggali oleh putrinya, Nafiah dan Nahari. Bangunan yang dipisahkan oleh Kali Gelis tergolong sangat mewah di masanya. Mobil dan kereta kuda terparkir di halaman depannya yang luas, dipenuhi oleh perabot mewah di dalamnya dan sekarang Istana Raja Kretek Kudus hanya bisa menunggu waktu diratakan dengan tanah, karena salah satunya akan dijual oleh pemiliknya. Belum terdengar usaha Pemerintah untuk mempertahankan bangunan bersejarah tersebut, apalagi empati dari kerajaan rokok yang lain untuk membeli bangunan yang punya banyak cerita terkait perkembangan rokok kretek di Indonesia. ( Dari musium kretek Kudus,“Djangan Loepa Saja Poenja Nama” ~ Nitisemito ).
About these ads