TUMPUKAN SAMPAH DI DEMAK RAME DI HUJAT NITIZEN MEDSOS FB

Imbas dari penutupan TPA ( tempat pembuangan akir ) sampah Kalikondang Demak yang di lakukan Segelintir orang yang mengatas nama Warga Kalikondang makin rame di bicarakan, bahkan sampai ke ranah Sosial Media ( Medsos ) Facebook. Para Nitizen Fb menyoroti penumpukan sampah di TPS ( Tempat Pembuangan Sementara ) yang berlokasi di belakang LP Demak. Kritik nitizen bisa di referensi sebagai wujud kebebasan berkumpul dan berserikat serta menyampaikan pendapatnya namun tetapi saja terkesan memojokan dan menyalahkan Dinas yang menangani sampah.

Namun demikian ketika warga yang menutup paksa dan sepihak pintu gerbang TPA dengan menggembok sampai 2 buah gembok tiap pintu bahkan palang  pintu TPA di las listrik, ketika di tanya tentang kronologi dan sejarah usia berdirinya TPA menjawab dengan jawaban tidak relevan dengan tindakan mereka menutup TPA, “ Pokoke TPA mengganggu warga…( pokoknya TPA mengganggu warga..)

Seperti di lansir JT beberapa waktu lalu ( Namun beritanya keburu di bajak Hacker ) Penutupan paksa TPA ini berawal dari beberapa warga yang baru tinggal di sekitar TPA ini terganggu dengan puncaknya ketika terjadi kebakaran yang berlangsung sampai 4 hari. Dampak kebakaran memicu reaksi warga yang jumlahnya hanya beberapa warga menutup paksa TPA ini. Ketika di tanya tentang kronologi dan sejarah TPA ini mereka menjawab bahwa TPA ini berdiri sejak sekitar 25 tahun yang lalu, pada waktu itu lokasi TPA jauh dari pemukiman. Sedang beberapa warga justru membangun rumah dekat dengan TPA sekitar 2 tahunan sebelum kejadian ini. Mereka juga menyatakan waktu membangun tidak mengantongi IMB ( Ijin Mendirikan Bangunan ) serta Sertifikat mereka di peruntukanya untuk areal persawahan, bukan pemukiman.

Senada dengan permasalah ini salah satu sumber menyatakan “ Masalah sampah merupakan masalah Sosial yang sangat rumit di seluruh Indonesia. Justru dengan adanya kejadian ini peran serta Media massa baik cetak maupun elektronik dan lembaga pemerhati Lingkungan sangat penting. Infornasi yang di sampaikan kepada masyarakat harus berimbang dan bertanggung jawab, ini suatu bentuk kontrol sosial yang nyata. Beritakan apa adanya tanpa ada kepentingan apapun termasuk kepentingan Pilkada yang sebentar lagi akan berlangsung. Efek dari pemberitaan akan berdampak luas terhadap siapa saja terlebih kepada instansi yang membawahi pengelolaan sampah ini. Mereka akan rentang dengan hujatan, teguran bahkan cacian pimpinan yang tidak pernah tahu susahnya mengelola sampah, kasihan kan…?. Bukan malah Media menulis komentar yang salah, seperti yang telah terjadi pada berita di media cetak Nasional yang ikut memberitakan masalah ini. Akibat tulisanya yang salah, salah satu pejabat di lingkungan terkait di peringatkan pimpinanya. Padahal komentar pejabat tersebut apa adanya malah justru di politisir. Belum lagi peran lembaga atau perorangan yang justru membuat masalah sampah ini semakin panas…”

Sudah adakah mediasi antara dinas yang menangani sampah dengan warga…? tanya JT lebih lanjut “ justru itu yang membuat permasalah ini berlarut-larut. Ketika acara mediasi dengan warga ada salah seorang warga memakai seragam banser lengkap. Apakah memang banser punya TuPoksi yang demikian, ikut campur mediasi antara pemerintah dan warga…? sedangkan ketika mereka melakukan demo penutupan saja tidak ada pemberitahuan kepada aparat yang berwenang. Dan juga dengan menutup TPA ini dengan mengelas listrik palang pintu apakah bukan tindakan melawan hukum….?

Akurasi data yang di himpun JT melalui wancara dengan Dinas terkait justru malah membuat mata hati tidak kuasa menanggung sedih. Ternyata selama ini DPUPPE Demak mengelola sampah ini seperti peribahasa besar pasak daripada tiang. Informasi yang di dapat hari ini, Jum’at ( 16/10/2015 ) seorang sumbar mengatakan “Armada yang sehari-hari mengangkut sampah dari TPS-TPS berjumlah 8 Dump Truck yang berusia cukup tua berkapasitas angkut 6 kubik. Rata-rata tiap truck mengangkut sampai 20 Rit sampah perhari, itu belum termasuk sampah dari TPS pasar Bintoro Demak. Sedangkan ketika TPA ditutup warga, terpaksa sampah harus kami kirim ke TPA candisari Mranggen yang hanya seluas 0,8 Hektar dan jaraknya cukup jauh dan sekarang sudah penuh…”. “ Ayo kita kaji sama-sama masalah ini..dengan jarak tempuh yang jauh berapa konsumsi solar yang di butuhkan…? kira-kira LPJ BBM dari armada ini nanti akan di kritik nggak…? mampukah armada ini mengirim sampah ke TPA Candisari 20 rit per hari…? perlu diingat..tenaga pengangkut sampah juga manusia yang terbatas tenaganya, apakah mereka pendemo sempat berpikir mereka butuh kesejahteraan atau minimal jaminan kesehatan  kerja gak..? justru pengangkut sampah sangat rentan terhadap penyakit akibat sehari-hari mengangkut sampah. Pedulikah pendemo…? terlambat angkut saja tukang sampah di caci maki.  Jadi intinya ketika TPS di belakang LP atau yang lain sampahnya menggunung itu bukan kami sengaja. Itu karena proses penganggkutan sampah yang terhambat. Kemana lagi sampah harus kami buang…? Ayo kita pikirkan sama-sama jangan asal main demo…jangan-jangan demo karna di bayar…”