Penjualan ekspor PT Bio Farma (Persero) pada tahun ini diprediksi turun 10-15 persen, karena pengiriman bahan baku vaksin kedua perusahaan farmasi besar di India terhenti.
Direktur Keuangan PT Bio Farma, Mohammad Sofie A Hasan, di Surabaya, Kamis, mengemukakan, dua perusahaan farmasi di India itu dihapus dari daftar perusahaan yang diakui Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada awal 2012.
“Minimal perlu waktu dua tahun bagi dua perusahaan farmasi India itu untuk kembali mendapat pengakuan WHO dan berproduksi lagi, setelah tidak lolos audit,” katanya.
Ia mengatakan, India merupakan salah satu pasar terbesar dari 117 negara tujuan ekspor produk bahan baku vaksin maupun vaksin produksi Bio Farma.
BUMN bidang farmasi yang hingga kini 12 produk vaksinnya telah mendapat pengakuan WHO itu, menyalurkan lebih kurang 50 persen kebutuhan vaksin dunia.
“India menjadi pasar ekspor terbesar dengan jumlah balita (bayi di bawah lima tahun) mencapai 25 juta setiap tahun,” ujar Sofie Hasan tanpa menyebut kontribusi ekspor dari negara tersebut.
Saat ini, lanjutnya, Bio Farma telah mendapatkan kontrak baru dari dua perusahaan lain di India, tetapi skalanya relatif kecil.
“Yang pasti, penjualan ekspor kami tahun ini diperkirakan turun. Namun, tidak ada pengurangan jumlah produksi,” tambahnya.
Ia menambahkan, kinerja Bio Farma pada 2011 mengalami pertumbuhan positif dengan membukukan penjualan usaha Rp1,368 triliun atau naik dibanding 2010 yang tercatat Rp1,2 triliun lebih.
Dari total pendapatan tersebut, sekitar 30 persen berasal dari penjualan produk di pasar dalam negeri dan 70 persen dari pendapatan ekspor. (Ade Marboen/Antara)