Jatengtime.com-Demak-Bupati Demak dr.Eisti’anah, SE membuka pelatihan karawitan dan sastra jawa dengan maksud ‘Nguri-uri budaya luhur’ agar tidak tergerus perkembangan jaman.
Pelatihan untuk menyelamatkan salah satu aset negara dibidang budaya daerah diadakan di Aula Kelurahan Kadilangu, Kabupaten Demak, Selasa (28/11/2023) dan diikuti 50 orang.
Bupati dr.Eisti’anah, SE dalam sambutanya mengatakan pemkab Demak menyambut baik kegiatan yang menurutnya merupakan upaya aktif semua pihak dalam menjaga dan melestarikan warisan kebudayaan yang diciptakan Sunan Kalijaga, leluhur Kota Wali.
“ Kalau tidak kita yang mulai, dapat dipastikan dengan adanya perkembangan zaman dan pengaruh teknologi, kebudayaan kita yang adi luhung ini pasti hilang. Untuk itu, monggo bersama-sama kita berkewajiban menjaga dan melestarikan budaya leluhur yang adiluhung ini…” kata Esti.
Esti berharap para peserta yang memang sengaja dibatasi hanya 50 orang ini dapat menjadi tonggak awal perubahan yang mampu mengajak generasi muda lebih kenal dan cinta kepada budaya dan kearifan lokal ini.
“ Ke depan para peserta yang sudah mahir bermain karawitan, menabuh gamelan dan sastra jawa akan kita usahakan ditampilkan pada pentas seni atau kegiatan yang diselenggaran sejumlah organisasi perangkat daerah (OPD)…” ujarnya.
“ Nanti kalau ada acara yang digelar OPD terkait, pemerhati karawitan penabuh gamelan dan sastra jawa bisa menunjukkan hasil latihannya…” pungkasnya.
Terpisah, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Demak Harris Wahyudi Ridwan mengatakan kegiatan perdana untuk umum ini diikuti 50 peserta dari Kelurahan Kadilangu dan sekitarnya.
Pelatihan karawitan dan penabuh gamelan ini sengaja ditujukan kepada masyarakat karena dari kalangan guru dan tenaga pendidik sudah pernah mendapatkannya.
“ Dari kalangan guru, baik guru taman kanak-kanak (TK) dan sekolah dasar (SD) sudah dapat pelatihan. Kali ini sengaja kami ajak masyarakat umum…” kata Haris.
Menurut Haris, ternyata antusiasme masyarakat Kadilangu dan sekitarnya sangat tinggi dalam mengikuti pelatihan karawitan, sastra jawa dan penabuh gamelan ini.
Walaupun peserta hanya dibatasi 50 orang, Haris berharap 50 peserta ini mampu menjadi pionir yang bisa mengenalkan karawitan dan sastra Jawa kepada keluarga dan masyarakat luas.
“ Kami berharap setelah mereka kenal budaya jawa kemudian cinta pada karawitan dan tradisi Jawa, agar tetap menjaga keberlangsungannya…” pungkasnya.