PESAN PETANI TEMBAKAU UNTUK JUBIR COVID-19 dr.REISA “ OJO KEMINTER MUNDAK KEBLINGER, OJO CIDRO MUNDAK CILOKO

XXX522 Dilihat

Jatengtime.com-Temanggung-Pernyataan Juru bicara pemerintah untuk COVID-19, dr. Reisa Broto Asmoro yang membandingkan tingkat kematian antara merokok dan penyakit yang berasal dari virus corona jenis baru. Bahaya merokok jauh lebih parah dibanding COVID-19 ditanggapi ketua umum Dewan Pimpinan Nasional Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (DPN APTI), Agus Parmuji.

Agus Parmuji, di Temanggung, Senin (15/06.2020) mengatakan penyampaian dokter Reisa yang juga presenter di media (12/6/2020) bahwa faktor resiko kematian akibat rokok lebih berbahaya dari pada COVID-19 mengandung makna bersayap, sama saja mengaburkan konsentrasi masyarakat tentang upaya untuk mencegah penularan virus corona.

Dan juga melemahkan program Pemerintah tentang program penanaman kesadaran pribadi berkaitan dengan protokol kesehatan bahkan cenderung berdampak melawan terhadap gencarnya sosialisasi pemerintah…” tegas Agus.

Agus Parmuji yang juga petani tembakau menyarankan dr. Reisa wajib belajar filosofi orang Jawa tentang “ Ojo Keminter Mundak Keblinger, Ojo Cidra Mundak Cilaka ” yang artinya Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah, jangan suka berbuat curang agar tidak celaka.

“ Artinya anda (dr. Reisa) salah arah dalam mendalami ilmu penanganan Covid-19 dan justru malah membenturkan dengan resiko bahaya yang lain tanpa informasi pengelompokan atau mitigasi bahaya yang jelas dan dampak yang jelas…” terangnya.

Agus menegaskan kembali bahwa pandangan dr. Reisa tentang paparan bahaya pandemi global Covid-19 yang sudah memporak-porandakan banyak negara, bahkan negara super power seperti Amerika Serikat sudah tertutup oleh indikasi konspirasi bisnis nikotin atau konspirasi anti tembakau.

“ Perlu kami sampaikan ketika anda menyebut rokok lebih berbahaya daripada penyebaran bahaya Covid-19 itu terindikasi agak curang dalam menyampaikan informasi…” ungkapnya.

“ Sederhananya dengan adanya durasi kedatangan Covid-19 di negara kita yang baru 3 bulan sudah membingungkan negara dan menghabiskan banyak anggaran berbeda dengan paparan rokok. Justru negara diuntungkan dengan pundi-pundi pemasukan cukai tembakau (Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau, DBHCHT-red ), bahkan sangat berdampak baik terhadap sektor perputaran ekonomi lokal pedesaan…” tandasnya.

Dari sebatang rokok, lanjut Agus, mengandung bahan baku nasional yaitu tembakau, belum lagi ratusan tenaga kerja yang terserap dan menggantungkan hidp dalam industri tembakau, maka dengan pernyataan dokter Reisa di media beberapa waktu lalu sangat mendiskreditkan dan menyakiti hati petani tembakau sebagai komponen bangsa, karena pihaknya sampai saat ini masih menggantungkan penyerapannya oleh industri tembakau nasional.

Untuk dipahami bersama, ada beberapa manfaat dari tembakau yang sering (sengaja) tidak di publikasikan, antara lain :

Hampir seperempat APBN disumbang dari cukai tembakau.
seperti dikutip dari laman Setkab, Minggu (24/5/2020) Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Suahasil Nazara mengatakan, Realisasi penerimaan negara dari Ditjen Bea Cukai hingga akhir April 2020 naik 16,17% mencapai Rp 57,66 triliun ( 24,65% dari APBN sesuai Perpres 54/2020 ) disumbang oleh penerimaan cukai hasil tembakau.

Lima pluh persen hasil cukai tembakau digunakan untuk mendukung program JKN (Jaminan Kesehatan Nasional).
Permenkes Nomor 75 Tahun 2014 menyebutkan :
“ Minimal 50% dari DBHCHT harus digunakan untuk mendukung program JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) “.

Hasil Cukai Tembaka dapat digunakan untuk kegiatan pencegahan dan/atau penanganan Covid-19.
Peraturan Menteri Keuangan nomor 19/PMK.07/2020 Bab III Pasal 5 ayat 1 yang berbunyi :
DBH CHT yang dialokasikan untuk bidang kesehatan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 7/PMK.07/2020 tentang Penggunaan, Pemantauan, dan Evaluasi Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau, dapat digunakan untuk kegiatan pencegahan dan/atau penanganan Covid-19 ”.

Sebagai perbandingan sisi ekonomis tembakau, Presiden Jokowi Widodo dalam akun Facebooknya menulis :
“ Saat ini dunia menghadapi kondisi yang luar biasa sulitnya, termasuk negara kita Indonesia.
Di bidang kesehatan kita harus mengendalikan Covid-19 agar tidak menyebar lebih luas. Yang sehat jangan tertular dan yang sakit kita rawat sampai sembuh.
Di bidang sosial ekonomi kita juga harus menjamin warga yang kurang mampu, warga yang terdampak Covid-19 untuk mendapatkan perlindungan dan bantuan sosial.
Kita juga harus memastikan sektor informal, sektor UMKM terus harus mampu bertahan dan para pelaku usaha bisa tetap bergerak, dan PHK massal harus kita hindari.
Semua itu membutuhkan respons pemerintah yang cepat dan juga tepat “.

Yang terakhir, Agus Parmuji mempertanyakan apakah pernyataan dr. Reisa Broto Asmoro terindikasi mengandung maksud lain atau hanya untuk mengaburkan kurang maksimalnya dr. Reisa dalam membantu negara dalam menangani wabah corona atau ada chanel konspirasi internasional ?.

“ Apabila bu dokter Reisa ingin mendalami ilmu tembakau dan ekonomi pedesaan, monggo ibu datang ke tempat kami atau kami yang sowan ke ibu…” pungkasnya.