Jatengtime.com-Jakarta-Kasus penyiraman cairan yang di duga air keras ke wajah penyidik senior KPK, Novel Baswedan usai menunaikan shalat Subuh berjemaah di dekat Masjid Jami Al Ihsan, dekat rumahnya sekitar pukul 05.10 WIB, oleh orang tak dikenal sampai saat ini belum terungkap.
Kasus yang kemudian terkesan sengaja dimanfaatkan pihak tertentu untuk menyudutkan dan menggiring opini rakyat bahwa Presiden Jokowi dan Polri tidak serius mengungkap atau menangkap pelaku penyiraman.
Pihak yang sengaja ingin menjatuhkan Jokowi dan Polri pasti menutup mata pura-pura tidak tahu bahwa dalam mengungkap kasus ini, alat bukti dan bukti petunjuk yang ada di TKP sangat minim.
Pihak yang sengaja ingin menjatuhkan Jokowi dan Polri juga pura-pura tidak tahu bahwa Polisi telah melakukan serangkaian upaya untuk mengungkap misteri ini seperti :
– Polri telah melakukan penyisiran di TKP dan memeriksa 73 saksi.
– Polri telah mengirim bukti petunjuk berupa rekaman CCTV di sekitar TKP ke Australia sebagai bahan perbandingan. Namun dari hasil keterangan Kepolisian Australia hampir sama dengan hasil yang didapatkan Tim Teknis Polri bahwa rekaman CCTV tersebut gambarnya buram, tidak memiliki gambar yang jelas, sehingga tim penyidik susah menggambarkan wajah pelaku.
– Tim Teknis Polri membuat sketsa wajah pelaku dan disebarkan ke sejumlah titik agar bisa dikenali masyarakat.
– Polri telah membuka saluran informasi kusus kepada masyarakat apabila ada yang mengenali seseorang seperti yang ada disketsa wajah.
– Polri terus berupaya meminta keterangan para ahli dan lain-lain.
Sedangkan sebagai bahan perbandingan, Novel pernah disebut-sebut tidak kooperatif ketika dipanggil penyidik untuk diperiksa atau dimintai keterangan dengan berbagai alasan pembenaranya sendiri.
Novel membantah bahwa dirinya menolak diperiksa oleh kepolisian guna mengungkap kasus yang menimpanya di acara Najwa Shihab dalam program acara “Mata Najwa” yang ditayangkan Metro TV pada Rabu (26/7/2017) malam.
“ Saya tidak pada posisi menolak ya…cuma saya mempertanyakan (maksud pemeriksaan). Toh juga secara formal, penyidik yang datang itu belum izin kepada dokter yang memeriksa saya…” kata Novel.
Novel juga mempertanyakan terkait pemeriksaan yang dilakukan Polri setelah dirinya disiram cairan yang di duga Air Keras.
“ Saya bilang, urgensi memeriksa sekarang ini apa..? Toh juga pelakunya belum ketangkap. Itu yang saya tanyakan…” ujarnya.
Novel menyayangkan dipublikasikan dengan menyebut bahwa dirinya tidak mau diperiksa.
“ Itu hanya ungkapan yang saya sampaikan. Lalu anggota Polri dipublikasi bahwa Novel tidak mau diperiksa…” ujarnya.
Perkembangan terkini, Presiden Joko Widodo, Selasa (10/122019) di Hotel Mulia, Senayan, Jakarta, Selasa (10/12) mengaku menerima laporan dari Kapolri Jenderal Idham Azis bahwa ada temuan baru dalam kasus penyiraman air keras Novel Baswedan. Namun Jokowi meminta temuan baru tersebut ditanyakan langsung ke Polri.
Jokowi mengaku sudah sering menerima laporan tentang penyelidikan kasus Novel yang sudah berjalan dua tahun lebih. Jokowi bertemu dengan Idham kemarin di Istana Merdeka, Jakarta. Jokowi mengaku langsung meminta Idham untuk segera mengumumkan pelaku penyerangan Novel. Jokowi minta kasus ini diungkap dalam hitungan hari.
“ Dijawab ada temuan baru yang sudah menuju pada kesimpulan. Saya tidak bicara masalah bulan. Kalau saya bilang secepatnya berarti dalam waktu harian. Udah tanyakan langsung ke sana…” kata Jokowi.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Argo Yuwono di Mabes Polri, Selasa (10/12/2019) menegaskan bahwa pihaknya tetap dan selalu serius menyidik kasus ini.
“ Nanti kita do’a bersamalah…Mudah mudahan penyidik nanti ada waktu akan menyampaikan penyidikan tersebut, sangat serius penyidik menangani kasus ini…” tegas Argo.
Polri, menurut Argo juga berharap agar kasus penyiraman air keras tersebut bisa diungkap sesuai dengan harapan Presiden Joko Widodo dan semua pihak.
“ Semoga harapan pak presiden dan masyarakat terkait kasus ini terungkap…” ungkapnya.
Dalam pertemuan dengan Jokowi di Istana, lanjut Argo, Kapolri Jenderal Idham Azis juga telah menyampaikan berbagai perkembangan proses pengungkapan. Termasuk diantaranya, soal dua metode proses penyelidikan yakni induktif dan deduktif.
Dalam metode induktif, penyidik Polri telah melakukan penyisiran di TKP serta telah memeriksa sejumlah 73 orang saksi.
Rekaman CCTV di sekitar lokasi oleh Tim Teknis Polri telah dikirim ke Australia sebagai bahan perbandingan untuk menggambarkan wajah pelaku penyiraman.
Namun dari hasil keterangan Kepolisian Australia rekaman CCTV tersebut gambarnya atau kameranya agak buram, hampir sama dengan hasil yang didapatkan Tim Teknis Polri yaitu tidak memiliki gambar yang jelas, sehingga tim penyidik susah menggambarkan wajah pelaku.
“ Kita sudah mengrimkan rekaman CCTV ke luar negeri sebagai pembanding, di Australia. Dari hasil keterangan Kepolisian Australia itu gambarnya atau kameranya agak buram, kita kan tidak hanya terpaku dari itu saja, karena CCTV bukti petunjuk, masih ada bukti lain, seperti ada keterangan saksi, ada keterangan ahli, kemudian beberapa alat bukti lain yang bisa kita gunakan..” ungkapnya.
Tim Teknis Polri juga sudah membuat sketsa wajah pelaku dan disebarkan ke sejumlah titik agar bisa dikenali masyarakat agar segera dilacak dan diamankan.
“ Juga dilakukan skesta wajah, sudah kita buat dan sudah disebarkan, tentunya partisipasi masyarakat yang kita tunggu. Dan kita juga sudah membuat beberapa saluran informasi yang akan kita terima dari masyarakat…” ujarnya.