ATLET SENAM DIPULANGKAN KARENA TIDAK PERAWAN TUAI BANYAK POLEMIK

Jatengtime.com-Jakarta-Kabar Shalfa Avrila Siani (17) atlet Senam asal Jawa Timur batal ikut ke Sea Games 2019 di Filipina, dipulangkan (didegradasi) karena tak perawan oleh tim pelatih pelatnas senam pada pertengahan November 2019, setelah empat bulan di pelatnas senam artistik menuai banyak polemik.

Peristiawa yang berawal pengakuan orang tua Shalfa pada pertengahan November ditelepon pelatih agar menjemput putrinya. Saat tiba di Gresik, orang tua Shalfa mendengar kabar, putrinya tak lolos ke SEA Games karena diduga tidak perawan.

Ibu Sfalfa, Ayu Kurniawati telah memeriksakan cek keperawanan di Rumah Sakit Bhayangkara, Kota Kediri untuk membuktikan tuduhan itu, dan dari hasil pemeriksaan tim dokter menyatakan selaput dara atlet yang telah mengumpulkan 49 medali itu masih utuh, masih suci (masih perawan).

Manajer senam terkejut

Merespons kabar tersebut itu, Manajer senam Indonesia, Dian Arifin, Jum’at (29/11/2019) mengaku terkejut dan  bilang baru mengetahui kabar tersebut serta berjanji akan segera mengecek kebenarannya kepada Pengurus Besar Persatuan Senam Seluruh Indonesia (PB Persani).

“ Saya baru mendengar berita tersebut yang berkaitan dengan SEA Games. Nanti, Sekjen PB Persani akan mengecek kebenarannya dengan daerah asal atlet ya…” kata Dian.

Kemenpora dan PB Persani mengaku atlet senam di coret karena tidak berprestasi.

Gatot S Dewa Broto, sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga (kemenpora) dan Pengurus Besar Persatuan Senam Seluruh Indonesia (Persani) dalam jumpa pers di gedung Kemenpora, Jumat (29/11/2019) terkait pencoretan atlet senam diduga karena alasan keperawanan adalah tidak benar, namun semata-mata karena tak berprestasi, tidak memenuhi ekspektasi saat tampil di Kejurnas dan Kejuaraan Antar-PPLP.

“ Kemenpora cukup prihatin dengan kejadian tersebut. Kami langsung berkomunikasi dengan Persani. Yang benar, katanya, terkait dengan masalah kondisi prestasinya, jadi tidak ada hubungannya dengan masalah, mohon maaf, cek keperawanan…” kata Gatot.

Gatot menambahkan tidak ada tolok ukur tentang keperawanan sebagai standar pemilihan atlet.

“ Terkait pencoretan dan pergantian atlet itu semua wewenang cabang olahraga yang bersangkutan, bukan dari KONI atau Kemenpora. Yang pasti dalam olahraga mana pun, tidak ada itu tes keperawanan sebagai standar pemilihan atlet…” ujarnya.

Kemenpora akan menyelidiki kebenarannya.

Namun demikian walau sudah mendapat penjelasan dari pengurus cabor, Kemenpora memastikan bakal menyelidiki lebih lanjut soal pemulangan atlet dari skuat senam Indonesia di SEA Games 2019.

Jika terbukti benar pemulangan berdasarkan keperawanan, pelatih akan diberi tindakan tegas.

“ Jika benar bahwa pemulangan atlet tersebut karena dugaan masalah keperawanan yang dikatakan pelatihnya, kami akan tindak tegas, karena ini selain masalah privasi dan kehormatan seseorang, juga itu tidak ada hubungannya dengan masalah prestasi…” tegasnya.

“ Kepada seluruh cabor, kami ingatkan untuk tidak menimbulkan kehebohan sekecil apapun, karena itu akan berdampak luas pada konsentrasi kontingen Indonesia secara keseluruhan…” imbuhnya.

Ketua Umum PB Persani, Ita Yuliati pencoretan atlet karena penurunan prestasi

Ketua Umum PB Persani, Ita Yuliati, di gedung Kemenpora menyatakan bahwa pencoretan Shalfa dari daftar kontingan senam SEA Games murni karena alasan penurunan prestasi.

“ Sejujurnya, kami dari PB Persani kaget mendengar hal itu dari media. Sebenarnya, kami sudah jauh-jauh hari memasukkan nama empat atlet untuk itu dan sudah ada Surat Keputusannya, namun ada salah satu atlet kami, Tasza Miranda, cedera saat Kejuaraan Dunia dan harus digantikan Shalfa yang memang masuk long list. Tetapi, saat Kejuaraan Nasional Senam dan hasil Pusat Pengembangan Latihan Pelajar (PPLP) kemarin, prestasinya menurun drastis dan itu menjadi pertimbangan menggantinya dengan atlet lain yang lebih berprestasi…” katanya.

Ita menambahkan masalah keperawanan tidak menjadi acuan dalam pemilihan atlet yang diberangkatkan.

“ Dari PB Persani tidak ada itu tes keperawanan untuk pemilihan atlet. Tidak ada standarnya seperti itu. Beberapa atlet senam ada yang sudah menikah dan bahkan sudah memiliki anak, tidak masalah dengan itu. Hasil Kejuaraan Nasional (Kejurnas) serta control training yang menjadi patokan, sebelum kemudian keluar Surat Keputusan (SK)…” kata Ita

Ita menegaskan pergantian Shelfa dengan atlet lain, Yogi Novia Ramadhani, murni karena alasan prestasi selama Kejurnas dan control training. Menurutnya Shelfa mengalami penurunan hasil yang signifikan.

“ Hasil Kejurnas jelas sekali, Shalfa berada di urutan ke-37, sementara Yogi masuk peringkat ketiga. Nilai Shalfa di Kejurnas total 21.132 sementara Yogi 45.133, sangat signifikan bedanya…” ungkapnya.

Ketua Harian KONI Jawa Timur, M. Nabil, pencoretan disebabkan karena Shalfa sering pulang malam, pulang pagi.

Ketua Harian KONI Jawa Timur, M. Nabil, menyatakan bahwa pencoretan Shalfa disebabkan oleh prestasi bukan karena keperawanan.

Shalfa dipulangkan pada pertengahan November 2019 dari Pelatnas senam artistik di Gresik, Jawa Timur dan ditangani satu pelatih kepala dan dua asisten pelatih. Mereka berlatih bersama-sama pesenam puslatda Jatim. Shalfa sekaligus merupakan anggota puslatda Jatim, selain pelatnas.

“ Dalam perjalanannya, atlet ini melakukan tindakan indisipliner selama di pelatnas. Beberapa kali terlambat latihan dengan alasan kurang sehat. Setelah ditelusuri ternyata sering pulang malam, pulang pagi…” kata Nabil.

“ Dari sisi penampilan, selama empat bulan tidak ada perkembangan. Dia dianggap tidak memenuhi standar yang diinginkan kemudian dilakukan degradasi. Intinya, dia dikeluarkan bukan karena status keperawanan itu, tapi utamanya menyangkut prestasi…” imbuhnya.