Jatengtime.Com-Demak-Pasca bencana banjir bandang yang telah menerjang Desa Banyumeneng, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak yang selama kurun waktu sekitar 2 bulan terjadi 4 kali serta setelah selesainya pengerjaan jalan beton yang menghubungkan Demak-Ungaran yang sangat didambakan warga ( walau masih tersisa sekitar 100 meteran yang belum dikerjakan ) membuat warga desa yang berada cukup jauh dari pusat pemerintahan Kabupaten Demak, namun berbatasan langsung dengan kabupaten Semarang ( ungaran ) mulai berbenah.
Semangat kepala desa Banyumeneng, Muntoha dan seluruh elemen warga desa mulai tergerak untuk memajukan desa.
Momentum pembukaan secara resmi event Pasar Tumpah Banyumeneng menjadi tonggak pemanfaatan potensi unggulan desa agar hasil yang akan di capai dapat dinikmati seluruh warga Banyumeneng.
Selain Pasar Tumpah yang menyajikan kuliner kas Banyumeneng, pihak desa juga sedang mengupayakan bebrapa destinasi wisata unggulan lain berupa : wisata religi makam mendiri ponpes Girikusumo ( Mbah Hadi/ Mbah Hasan Mukibat/ Mbah Giri/ Ki Ageng Giri ), destinasi wisata cinta alam yang terdiri dari wisata wana wisata, bumi perkemahan, outbound dan para layang yang akan menggandeng pihak Perhutani.
Upaya membuat destinasi wisata ini tidak mudah, berbagai rintangan dan kendala yang sedang dan akan di hadapi desa Banyumeneng menjadi tantangan tersendiri bagi seluruh elemen masyarakat. Namun demikian patut dibanggakan, di bawah pimpinan Kepala Desa Muntoha Banyumeneng menjadi desa yang berani menutup lokasi tambang galian C liar.
Upaya keberanian menutup tambang galian C liar ini juga terinspirasi ketika Doso Purnomo, Kadin PUTARU Kabupaten Demak menghentikan truk pengangkut galian C ketika proses pengerjaan jalan beton penghubung Demak-Ungaran di Dukuh Karangkumpul yang ketika itu mengalami hambatan medan alam yang ekstrim, seluruh bagian jalan hancur dan berlumpur. Namun setelah jalan beton selesai dikerjakan, masyarakan mempunyai inspirasi untuk merawat jalan tersebut agar tidak hancur untuk ke 2 kali.