Tanggul sungai Wulan yang berada di tepi jalan raya Pasir-Ngelo Kecamatan Mijen Kabupaten demak, Selasa (17/11/2015) diketahui warga Amblas cukup lebar dan dalam ( belum ada yang berani mengukur secara akurat lebar dan dalamnya material yang amblas ke dalam tanah termasuk pukul berapa terjadinya tanah amblas )
Berita amblasnya tanah yang baru satu bulan di urug di lokasi yang tepat berada satu paket pekerjaan Penguatan Tanggul Sungai Wulan membuat berbagai penafsiran berkembang di masyarakat. Mulai penafsiran ilmiah karena tepat berada di lokasi proyek pengguatan tanggul dengan menancapkan paku bumi ukuran 40x 40 cm sedalam 16 meter sejumlag 380 batang, penafsiran Mistis yang menurut beberapa warga sekitar lokasi, tanahnya sering amlas karena berada di atas kerajaan Gaib bahkan hujatan kepada DPUPPE Demak yang dianggap tidak becus bekerja.
Sumber dari DPUPPE Demak kepada jt langsung memberikan konfirmasi terkait hujatan warga menyatakan “ Sungai wulan dalam segala hal yang menyangkut di dalamnya yang berkaitan dengan Peruntukan, Pengawasan dan lain-lain menjadi kewenangan PSDA Propinsi Jawa Tengah termasuk dalam pengerjaan Proyek Pengamanan dan Penguatan tanggulnya. Jadi sangat tidak benar kalau sungai wulan menjadi kewenangan DPUPPE Demak. Bisa di tanyakan ke PSDA Propinsi Jateng kebenaranya…”
Ahli Geologi dan Topografi yang di hubungi jt seperti yang di sarankan pihak DPUPPE Demak namun tetapi meminta di sembunyikan identitasnya menerangkan..”Peristiwa kembali amblasnya material urugan di proyek yang di garap PT. WULAN dari Cirebon sebagai pemenang lelang ( kebetulan namanya sama dengan nama sungai wulan ) menurut terapan ilmu Geologi dan Topografi tidak bisa lepas dari sejarah Geologi Demak sendiri. Berdasarkan catatan De Graaf, ( ahli geologi Belanda ) “De Eerste Moslimse Voorstendommen op Java” mengisahkan jalur perdagangan pada masa lalu pernah dilakukan dari Semarang – Demak langsung ke Rembang dengan melalui selat sempit diantara jawa tengah dan pulau muria ( Pulau jawa dan gunung Muria masih terpisah ) hipotesa ini memang belum di tentu bisa di pertanggung jawabkan secara ilmiah karena pembuktian dan penelitian ilmiah yang resmi belum pernah di lakukan. Namun demikian berdasar dari hasil kasar pengukuran altitude dengan menggunakan citra satelit (GE), di dapatkan bukti bahwa Demak-Dempet-Undaan-Winong-Pati-Rembang adalah kelurusan dengan kontur yang nyaris sama tinggi dengan permukaan laut (rata <10mdpl saja). Kemudian Naskah-naskah Ebook Kerajaan Demak 500 – 1000 tahun yang lalu menerangkan bahwa Demak dahulu kala berada tepat di tepi laut, namun fakta sekarang Demak sudah berada 15 – 20 km dari bibir pantai. Ini di sebabkan karena faktor Sedimentasi selama ratusan tahun yang terjadi di aliran sungai Lusi, Wulan, Tuntang dan dari Gunung Muria sendiri yang mengakibatkan terjadinya daratan baru sehingga menyatukan Pulau Jawa dan Gunung Muria. Topografi daratan baru akibat sedimentasi bisa terjadi mengakibatkan adanya Palung bawah tanah yang berisi air yang biasa di sebut sumur bawah tanah. Dugaan gempa Jepara beberapa hari yang lalu bisa terjadi mengakibatkan palung ini retak di bagian atas sehingga material tanah amblas kedalam tanah karena tidak kuat menahan beban tanah dan juga rembesan air hujan. Atau juga bisa terjadi akibat pengambilan air sumur tanah secara berlebihan membuat palung ini retak dan tidak kuat menahan beban. Hipotesa ini juga berlaku dengan fakta jalan raya Demak- Jepara di sekitar Desa Bremi, Mijen Demak ( sekitar 5 Km dari tanggul yang amblas ) badan jalan juga sering amblas walau dengan sekala kecil…”
Purnomo, warga Indramayu yang bertugas sebagai mandor dari PT. WULAN, Rabu (18/11/2015) pukul 18.00 WIB ketika di datangi jt di lokasi mengisahkan “ Seminggu setelah tiang-tiang pancang di tancapkan di tanah, saya bersama 3 rekan kerja yang tidur di barak dekat sungai namun hanya saya yang mendengar 4 kali ada suara keras seperti benda besar kecebur air, namun ketika saya lihat ke sungai tidak ada bekas riak atau gelombang di air akibat ada benda yang terjebur ke air. Paginya operator Beghu tidak berani mengeruk tanah dekat sungai karena tanahnya terasa bergoyang-goyang walau di pasang lembaran pelat baja sebagai bantalan berjalan untuk Beghu. Menurut warga di sekitar lokasi proyek di yakini tanahnya sering amblas karena berada di atas kerajaan mahluk gaib. Barusan saya kembali kesini mendapati tanah urug tanggul yang baru selesai di kerjakan amlas ke dalam tanah. Pihak kami yang bertanggung jawab menguruk kembali tanah yang amblas karena masih dalam masa pemeliharaan.