Memprihatinkan, setidaknya satu kata itu sangat pantas di kumandangkan di Provinsi Jawa Tengah saat ini. Betapa tidak, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah hingga Maret 2012, jumlah penduduk miskin di Jateng mencapai 15,34 persen atau sekitar 4.977.000 orang dari total jumlah penduduk sebanyak 32.380.687 jiwa.
Jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2011 memang terjadi angka penurunan sebesar 0.24 persen atau sekitar 130 ribu orang. Periode yang sama tahun 2011 angka kemiskinan sebesar 15.76 persen dari tiotal jumlah penduduk atau sebanyak 5.107.000 orang.
Sedangkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) berdasarkan data BPS, di wilayah Jawa Tengah pada bulan Pebruari 2011 mencapai 1.042.496 orang atau sebesar (6,07%) dari 17.184.932 orang yang berasal dari kalangan kerja. Dari angka kalangan kerja tersebut, yang terserap bisa bekerja sebanyak 16.142.436 orang (93,93).
Tingginya angka pengangguran di wilayah Provinsi Jateng tentunya akan bisa berdampak buruk terhadap pemerintah daerah. Pemerintah harus mendorong investasi agar bisa menyerap tenaga kerja yang lebih signifikan untuk menekan angka pengangguran.
“Pemerintah harus mendorong investasi dengan sistem pelayanan yang baik, dan pemerintah akan mendukung pelayanan sebaik mungkin terhadap investasi yang masuk di Jateng,” ungkap kepala Bidang Statistik Sosial BPS Jateng Erisman, Rabu (11/07) di kantornya.
Selain itu, berdasarkan data di Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah, hingga Juni 2012 di wilayah Jawa Tengah terjadi inflasi 0,67% dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 129,34. Nilai Tukar Petani (NTP) Jateng hingga Juni mengalami kenaikan 0,13% dari posisi 104,40 menjadi 104,54.**