Tingginya peredaran shabu di wilayah Jawa Tengah akhir-akhir ini menimbulkan rasa ke prihatinaan berbagai pihak. Diperoleh informasi, Provinsi Jateng berada di peringkat ke tiga setelah DKI dan Banten menyangkut perdaran shabu.
Menyikapi hal itu, Lembaga Pelopor Perubahan (LPP) Kota Semarang bekerjasama dengan Komisi Penanggulangan AIDS mengadakan sosialisasi program pengurangan dampak buruk bagi para pengguna napza tipe afetamin.
Kegiatan yang berlangsung di salah satu hotel di Kota Semarang, Selasa (10/07) dihadiri sejumlah aparat hukum, dianataranya, Ketua Badan Narkotika Nasional Kabupaten (BNNK) Semarang, Kombes Soetarmono DS,SE, M.SI, Kasat Narkoba Polrestabes Semarang AKBP Joko Cahyo, dari Rumah Sakit Jiwa Semarang Dr. Widya dan sejumlah perwakilan puskesmas Kabupaten Semarang, LBH Perjuangan, dan jajaran Dinas Kesehatan Kota Semarang.
Ketua BNN Kabupaten semarang, Kombes Soetarmono usai acara kepada Jatengtime menuturkan, pihaknya masih terus memantau sejumlah kasus narkoba, baik itu dari anak sekolah hingga pegawai negeri sipil. Kami juga mengantisipasi adanya jaringan narkoba yang lewat pantura, yakni di Tegal, Pekalongan dan Jepara, juga jalur selatan Salatiga, Solo, Purwokerto dan Cilacap. Hal ini dilakukan agar pihaknya bisa memutus mata rantai peredaran narkoba lantaran Jateng menempati urutan ke 3 pengedar shabu, setelah DKI dan Banten, ujarnya.
“Kita berharap, setelah kegiatan sosialisasi ini para peserta mengetahui dan memahami program Harm Reduction yang sedang berjalan, dan adanya keselarasan alur kerja dalam pelaksanaan wajib lapor pecandu napza oleh instansi terkait baik di Kota Semarang dan Kabupaten Semarang.**